HARIAN MERAPI - Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 0-6 tahun. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dan signifikan dalam berbagai aspek, termasuk:
(1) Fisik: Perkembangan motorik kasar dan halus, seperti berjalan, berlari, dan menggambar, (2) Kognitif: Perkembangan kemampuan berpikir, memori, dan pemecahan masalah,
(3) Sosial: Perkembangan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, seperti berbagi, bergiliran, dan bekerja sama, dan (4) Emosi: Perkembangan kemampuan mengelola emosi, seperti mengenali, mengungkapkan, dan mengatur emosi.
Baca Juga: Dorong Gizi Seimbang di Sekolah Dasar, JAPFA Gandeng Pemkab Tegal Gelar Program 'JAPFA for Kids'
Pada usia dini, anak juga mulai mengembangkan kemampuan bahasa, kreativitas, dan
imajinasi. Mereka belajar melalui bermain, eksplorasi, dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Perkembangan anak usia dini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
(1) Lingkungan keluarga: Kualitas interaksi dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya, (2) Pendidikan: Kualitas pendidikan dan stimulasi yang diberikan, dan
(3) Kesehatan: Status kesehatan dan gizi anak. Dengan memahami perkembangan anak usia dini berikut karakternya, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan dan stimulasi yang tepat untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik.
Anak usia dini memiliki sembilan karakteristik khusus; yakni: 1) merupakan pribadi yang
unik, 2) berada dalam masa potensial untuk belajar, 3) bersifat relatif spontan, 4) cenderung ceroboh dan kurang perhitungan, 5) bersifat aktif dan energik,
6) menunjukkan sikap egosentris, 7) memiliki rasa ingin tahu yang kuat, 9) memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi, dan 9) sebagai bagian dari makhluk sosial. Secara berturut-turut sembilan karakter anak usia dini itu dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, merupakan pribadi yang unik. Setiap anak memiliki pribadi yang unik, yang tidak
mungkin sama antara yang satu dengan yang lain. Ada faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi keunikan anak usia dini tersebut.
Maka tidak heran manakala dalam suatu kelompok di suatu lembaga PAUD meskipun usianya relatif sama, namun perkembangan kemampuan dasar juga perkembangan sosial, emosional dan kemandirian anak tidaklah sama. Demikian juga mengenai cara belajar mereka juga berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Kedua, berada pada masa potensial untuk belajar. Masa usia dini sering disebut sebagai usia
emas (golden age). Anak belajar dengan indranya; segala yang dilihat, didengar, dirasa akan diserap dan disimpan di dalam memorinya.
Baca Juga: Luar biasa, ini penampilan anak down syndrom yang memukau penonton saat peringatan HAN di Makassar
Oleh karena itu, pendidik atau orang dewasa yang ada di sekitarnya harus senantiasa merangsang otak anak dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menantang, serta menciptakan lingkungan belajar yang yang kondusif dan konstruktif.