Fondasi utama yang diletakkan Islam dalam mengatur perolehan penghidupan (makanan pokok) manusia adalah dengan bekerja. Al-Quran juga menjelaskan bahwa pengemban risalah agama dari kalangan Nabi dan Rasul sepanjang sejarah adalah orang-orang yang berkarya. Di samping mengemban misi suci (risalah agama), mereka juga bekerja.
Nabi Nuh a.s. adalah seorang Nabi dan Rasul, namun ia juga salah seorang perintis di bidang
industri. Allah mewahyukan kepadanya untuk membuat kapal laut untuk menyelamatkan dirinya dan orang-orang yang beriman dari keganasan angin topan.
Permulaan pembuatan kapal adalah dengan tangannya sendiri. Bapak para nabi (abul an-biya) Nabi Ibrahim a.s. menangani pembangunan gedung. Bersama putranya, Nabi Ismail a.s. pernah mengangkat fondasi Ka’bah di Makkah al-Mukarramah.
Nabi Yusuf a.s. menggagas pemikiran ekonomi dalam rangka perbaikan manajemen pangan rakyat. Beliau pernah ditugaskan oleh penguasa Mesir untuk mengelola sumber-sumber alam
di negeri itu untuk membantu rakyat meningkatkan penghasilan mereka.
Demikian juga Nabi Musa a.s. dengan didukung fisik yang kuat dan kejujurannya (qowiyyul amin) bekerja pada Nabi Syu’aib a.s. dalam mengelola harta dan membantunya selama sepuluh tahun hingga akhirnya dinikahkan dengan salah seorang putrinya.
Contoh lain, Nabi Daud a.s. adalah seorang nabi yang memelopori pembutan baju perang dari besi, dan beliau makan dari hasil jerih payahnya sendiri.
Dalam ajaran Islam, bekerja dan aktivitas lain tidak hanya diarahkan kepada pencapaian
prestasi-prestasi duniawi semata, tetapi juga prestasi akhirat. Fokus yang hanya bertindak untuk
mewujudkan prestasi-prestasi duniawi memang menghasilkan keberhasilan material, namun gagal memenuhi kebahagiaan ruhani manusia.
Sebaliknya, menfokuskan diri pada pencapaian prestasi akhirat saja dengan menghabiskan waktu beribadah kepada Allah terus-menerus dengan mengabaikan kebahagiaan duniawi, tindakan ini juga tidak tepat. Proporsionalitas, profesionalitas dan keharmonisan menjadi satu hal yang disukai agama Islam.
Dengan menerapkan etos kerja Islami, seseorang akan dapat meningkatkan kualitas kerja dan
kehidupannya, serta mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. InshaaAllah!*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY,
Ketua Dewan Penasehat KAHMI Majlis Wilayah DIY