HARIAN MERAPI - Bulan Syawal sering disebut sebagai Bulan Peningkatan, merupakan bulan yang sangat tepat untuk mengapresiasi kebutuhan beragama seseorang. Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tradisi.
Kata lain adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Dari hasil penelitian ini, terungkap bahwa agama dapat memenuhi berbagai kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan spiritual, emosional, hingga sosial Praktik keagamaan menjadi sarana bagi individu untuk mencari kedamaian batin, refleksi diri, dan koneksi spiritual dengan sesuatu yang lebih tinggi.
Baca Juga: Manfaat air putih dan pengurangan respon stroke
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
M. Abdullah Badran menjelaskan arti agama diawali dengan pendekatan kebahasaan, yaitu diin yang biasa diterjemahkan dengan agama yang menggambarkan hubungan antara dua pihak di mana yang pertama Khaliq mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada yang kedua Makhluq.
Ahmad Azhar Basyir mengungkapkan ada dua alasan manusia membutuhkan agama,
Pertama, karena manusia ingin bertahan diri untuk tetap menjadi makhluk Tuhan yang mulia.
Untuk itu manusia harus beriman dan beramal shaleh, yang merupakan bagian utama bagi agama Islam.
Baca Juga: Shalat adalah tiang agama
Dasar jawaban ini adalah mengacu pada QS. At-Tin, (95):4-6; “Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia itu dalam bentuk/konstrksi yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia menjadi serendah-rendah makhluk yang rendah. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh, mereka mendapat pahala yang tidak berkesudahan”.
Kedua, untuk membimbing akal agar mampu berpihak pada panggilan hati nurani.
Di dalam diri manusia terdapat kekuatan yang senantiasa mengajak hidup baik, yaitu yang
sering dinamakan hati nurani. Tetapi di samping itu terdapat juga kekuatan yang menarik-narik ke arah keburukan, kekuatan ini dinamakan hawa nafsu.
Akal berfungsi pula sebagai penengah antara hal-hal yang merupakan panggilan hati nurani dan yang merupakan bisikan hawa nafsu. Akal seharusnya senantiasa berpihak kepada panggilan hati nurani. Tetapi tidak selalu demikian halnya.
Baca Juga: Ibu Sholat Tahajud, Anak Gantung Diri
Sering terjadi bahwa dalam menghadapi desakan-desakan hawa nafsu itu, akal tidak berdaya. Hawa nafsu juga yang menang. Hati nurani terdesak. Bahkan pertimbangan akal sering tertarik untuk membenarkan ajakan-ajakan hawa nafsu.