Saya khawatir, jangan-jangan di negeri ini, sedang terjadi proses penghancuran jati-diri kampus sebagai institusi intelektual dan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kampus diubah menjadi institusi bisnis dan institusi politik. Insan kampus dikendalikan melalui berbagai kebijakan administratif, dan pembatasan pendanaan.
Bila kita konsisten dengan amanah konstitusi, mestinya Pemerintah menghidup-hidupkan kampus, agar berkembang menjadi pusat kebudayaan, pusat peradaban, motivator kemajuan, sebagaimana perpustakaan Baghdad di masa jayanya. Dari kampus dibangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang cerdas dan bermartabat, kontributif terhadap perkembangan pemikiran ilmuwan berskala global.
Keterlanjuran arah dan pola pendidikan tinggi serba materialistik, kiranya perlu dibenahi. Pantangkan, kebijakan demi akreditasi institusi, dosen diminta obral nilai. Mahasiswa wajib lulus tepat waktu. Sungguh kasihan, banyak sarjana, lulus berpredikat cumlaude, IPK sempurna, double gelar pun disandangnya, tetapi bingung pasca gemerlapnya wisuda. Mau ke mana melangkah?. Buka lapangan kerja sendiri? Ataukah bekerja pada institusi tertentu? Pilihan mesti sesuai cita-cita, ataukah pragmatis saja? Sungguh tak mudah menentukannya. Alih-alih menjadi ulul-ilmi, ulul-albab, justru menambah sarjana pengangguran.
Hemat saya, mereka itu korban-korban sistem pendidikan kapitalistik. Sistem pendidikan yang berfokus pada keuntungan finansial. Itulah bisnis pendidikan. Indikasinya: mahasiswa dijadikan sumber pendanaan utama. Calon cerdas, bisa diterima melalui tes. Anak orang kaya bisa diterima melalui tawar-menawar besarnya sumbangan. Uang kuliah tunggal (UKT) tinggi.
Baca Juga: MilkLife Archery Challenge Dorong Jateng Menjadi Tuan Rumah Kejurnas Panahan Junior 2025
Untuk keluar dari wilayah kedangkalan ilmu dan kegelapan wawasan masa depan, kiranya perlu pembenahan serius pada sistem pendidikan maupun kualitas sumber daya, keseluruhan. Seluruh insan, pada jenjang pengelola (dari Kementerian hingga kampus-kampus) maupun penyelenggara pendidikan (pengurus dan dosen-dosen), mestinya diisi ilmuwan-ilmuwan berintelektualitas dan berintegritas tinggi.
Catatan penting. Bila pebisnis dan politisi ingin hadir di kampus, silahkan, sekadar untuk memberi support. Bukan intervensi. Cari gelar kehormatan. Apalagi mendominasi. Wallahu’alam.
* Guru Besar pada Sekolah Pascasarjana UGM