HARIAN MERAPI - Nama Jemek Supardi, pastinya bagi yang bergiat di kesenian terlebih teater, bukan nama yang asing. Pria berbadan "tipis" memang sohor dalam olah gerak dan mimik alias pantomim.
Sejak tahun 80-an, Jemek begitu biasa di sapa sudah malang melintang berkesenian dengan wajah dibalut bedak warna putih.
Saat zaman berubah, di mana segalanya terasa mulai terkontaminasi teknologi dan aturan birokrasi, Jemek merasakan saat ini sulit mencari kader pemain yang bisa melanjutkan sejarah pantomim di Jogja.
Baca Juga: Menghindari kerumunan, mengurangi risiko terpapar Covid-19
Kalau soal berkesenian bisa dibilang Yogyakarta bejibun, tapi pekerja seni yang benar-benar total dan nekat hidup dari seni cuma hitungan jari.
"Apalagi yang mau sampai mati tetap berkesenian pantomim, sulit mencari penerusnya. Ini bukan soal nekat dan tekat, tapi menyangkut ruh berkesenian," petikan dialog itu pernah disampaikan Jemek kepada Koran Merapi beberapa tahun lalu.
Berita duka Sabtu (16/7) sore, legenda Pantomim Yogyakarta ( Indonesia) telah tutup usia (69 tahun) di rumah anaknya Kinanthi Sekar di bilangan Nitiprayan Tirtonirmolo, Kapanewon Kasihan, Bantul.
Baca Juga: Bila Anda mau naik pesawat atau kereta api, ini yang harus dipersiapkan
Kabar meninggalnya Jemek dibenarkan oleh salah seorang sohibnya selama berproses di teater Alam, Puntung C Pujadi. Menurut Puntung jenazah Jemek disemayamkan di rumah duka PUKY jalan PGRI-Sonosewu Lor, Ngetiharjo, Kasihan.
"Benar Jemek tutup usia dan sekarang disemanyamkan di rumah duka PUKJ rencana dimakamkan hari Minggu di Makam Seniman Imogiri," terang Puntung ketika dihubungi Koran Merapi melalui selulernya.
Sejumlah seniman Yogyakarta merasa kehilangan tokoh seniman yang benar benar mengabdikan hidupnya untuk kesenian, seperti halnya Sigit Sugita. Menurut dia sulit mencari tokoh seniman yang mermiliki pandangan dan kecerdasan seperti Jemek.
Baca Juga: Kasus Covid-19 di Indonesia meningkat lagi, masyarakat kembali diimbau pakai masker
"Jemek adalah seniman cerdas dia mampu mengomunikasikan ide dan gagasan hanya lewat bahasa tubuh dan mimik wajahnnya. Selain itu Jemek juga memiliki idealisme seorang seniman yang sangat baik. Pentas harus dibiayainya sendiri tidak cari dana dengan proposal," tandas Sigit yang juga Ketua Koseta Yogyakarta .*