Meskipun bukan jathilan, tarian ini bisa membuat penarinya kesurupan.
“Kalau sudah kesurupan, tembang Sekar Dadhung akan dilantunkan sebagai penawarnya”, kata Teguh.
Baca Juga: 3 cara mudah mengecek registrasi IMEI bagi pelanggan XL Axiata
Teguh mengungkapkan lagi, di zaman dulu alat musik yang digunakan semuanya berasal dari bambu.
Termasuk juga alat musik gong besar. Bambu besar ditiup sehingga suaranya menyerupai gelegar gong.
“Sekarang, sudah tidak ada orang yang kuat meniup bambu utuh”, cetus Teguh.
Dia mengatakan pula, bahwa Tarian Lengger Tapeng itu semula bernama nawung gati. Artinya, berjanji sungguh-sungguh.
Baca Juga: Johanis Tanak dilantik sebagai Wakil Ketua KPK hari ini
Hal itu karena tarian tersebut menjadi media nadzar bagi kesembuhan penyakit atau pudarnya masalah seseorang.
“Jadi, zaman dulu itu kalau orang sakit tidak sembuh-sembuh bernadzar nanggap lengger tapeng,” katanya.
Teguh mengingatkan, setiap nadzar lengger tapeng yang tidak ditepati akan membuat orang itu kena bala.
Dia menjelaskan pula, Lengger Tapeng menggambarkan kehidupan manusia yang penuh godaan jin dan sebangsanya.
Baca Juga: Yogyakarta Komik Weeks 2022 usung tema Aksi Transisi, pamerkan 60 karya seniman di JNM
“Sebelum digelar, sesepuh akan mengadakan ritual memohon keselamatan kepada pepundhen”, katanya.
Kini, Tarian Lengger Tapeng sebagai wisata budaya dari dataran tinggi Perbukitan Menoreh sudah pasti mengalami perkembangan.
Namun demikian, masyarakat setempat masih meyakini Lengger Tapeng bukan tarian biasa yang bisa diremehkan. *