budaya

Bulan Suro mengapa keramat ? Simak sejarahnya dari zaman Sultan Agung di sini

Rabu, 27 Juli 2022 | 11:11 WIB
Sebuah ritual adat suran atau Suro di Tugu Yogyakarta. (Foto: Koko Triarko)


Kedua, menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat Mataram dan mempersatukan tarikh hijriyah yang berdasarkan peredaran bulan atau Qomariyah, dengan tarikh Jawa berdasarkan peredaran matahari atau Syamsiah.

Baca Juga: MUI sesalkan adanya promosi menjurus gerakan LGBT di ajang Citayam Fashion Week


Penyatuan penanggalan itu dimulai pada tanggal 1 Suro 1555 Jawa, yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharam 1043 Hijriyah, dan tanggal 8 Be 1633 Masehi.
Sementara itu kebijakan ketiga adalah membangun sikap masyarakat Mataram untuk berani bersatu melawan kekuasaan asing.


Keempat, membangkitkan keberanian masyarakat Mataram dengan berbagai kekuasaannya.
Berani mawas diri untuk mengasah kemampuan masing-masing, mengendalikan diri agar persatuan dan kesatuan bisa terwujud, berani membersihkan diri agar terbebas dari sikap yang tidak mendukung tercapainya cita-cita Mataram.


Kebijakan itu diundangkan dan bisa diterima oleh masyarakat Jawa seumumnya.
Dan, untuk menjalankan kebijakan itu maka ditetapkan tanggal 1 Suro 1555 Jawa sebagai awal tahun Jawa, yang tidak dimulai dari tahun 1, tetapi dimulai dari tahun 1555.


Tanggal 1 Suro 1555 Jawa dianggap sebagai hari yang keramat, karena menjadi hari ditetapkannya keputusan penting praja Mataram.

Baca Juga: Siang ini Komnas HAM bakal periksa CCTV dan HP terkait kematian Brigadir J


Tanggal 1 Suro bertepatan dengan tanggal 1 Muharam, dan berbarengan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah.


Hijrah Kanjeng Nabi itu juga bermakna hijrah atau berpindahnya orang Islam dari perbuatan buruk menuju kebaikan.


Masyarakat menyambut kedatangan 1 Suro itu dengan cara berbeda-beda, dan menghindari perayaan suka ria di bulan Suro demi kesakralan itu. *

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB