harianmerapi.com - Ada kepercayaan jangan membangun rumah pada bulan Suro, karena tidak baik. Entah benar entah salah, yang pasti ada cerita misteri terkait dengan hal tersebut
Konon rumah sebelah dibangun pada bulan Suro, bulan yang dianggap kramat/angker oleh sebagian masyarakat Jawa.
Silih berganti orang menempati rumah itu. Dan akhirnya ditinggalkan pemiliknya. Rumah dikontrak keluarga P Bambang.
Baca Juga: Pacaran Tak Direstui Orangtua, Berbuntut Cerita Horor Suara Ketukan Pintu di Malam Hari
Bertepatan malam Jumat kliwon, muncul asap putih seperti orang merokok. Asap putih terbang keluar dari ruang tengah.
Pak Bambang yang pemberani mencoba menantang mahluk halus yang sedang merokok. Ayo… terus… terus….
"Awas angger aku mati gara gara kowe, nek aku dadi lelembut tak buru sak kecekele, (awas kalau saya meninggal gara gara kamu, kalua saya sudah jadi mahluk halus akan kukejar sampai ketangkap)," Kata P Bambang.
Suatu saat, cucunya menginap, sebut saja vika Namanya. Balita yang baru berumur 1,5 Tahun berjalan mondar mandir di dalam rumah.
Baca Juga: Lima Kewajiban Ibu Terhadap Perkembangan Anak, Salah Satunya Memberikan ASI yang Cukup
Ketika menuju ke ruang belakang matanya tertuju di sudut ruang bagian atas. Mata tak berkedip dan dari mulut kecil balita itu menyebut sebuah nama, "Mbak… mbak … mbak…." sambil tangannya menunjuk ke atas.
Rupanya balita tersebut melihat mbak-mbak yang bergelantungan di sudut rumah. P Bambang pun segera membopong sang cucu.
Malam Jumat Kliwon bulan berikutnya, pukul 00.00 WIB terdengar suara keras. Krompyang…..pyar…….
Suami istri cuma berpandangan. Mereka saling berpikir apa yang terjadi. Tak lama, mereka pun melihat sebenarnya apa yang terjadi.
Baca Juga: Mengenal Allah Melalui Penciptaan Alam Semesta
Ternyata kaca rias yang menempel didinding hancur berantakan. Secara nalar tidak mungkin kaca itu bisa jatuh, dari keempat sisinya sudah diplepet penjepit yang masih rapi dan utuh.
Malam malam berikutnya kadang gelas atau piring pun menjadi sasarannya mahluk mahluk penghuni rumah tersebut. (Seperti dikisahkan Nurjani di Koran Merapi) *