budaya

Muhibah Raja-raja Nusantara ke Dinasti Ming, Raja Brunei Datang Pertama Kali

Selasa, 5 Oktober 2021 | 09:52 WIB
Ilustrasi (Photo by zhang kaiyv from Pexels)

harianmerapi.com - Muhibah antar negara telah berlangsung sejak dahulu dengan berbagai misi yang menyertainya. Rombongan muhibah, dipimpin politisi senior yang membidangi urusan luar negara, atau luar negeri dari sebuah negara.

Namun tidak jarang delegasi, dalam bahasa modern ini, dipimpin langsung oleh kepala negara dan pemerintahan. Raja dan perdana menteri didampingi pangeran urusan luar negeri.

Turut dalam rombongan adalah keluarga raja, keluarga kerajaan atau keluarga dari pimpinan sebagai pendamping. Dan yang tidak kalah peningnya adalah unsur urusan perdagangan, serta seni budaya.

Baca Juga: Hubungan Nusantara dan China, Raja Majapahit dan Kaisar Saling Berkirim Duta

Unsur perdaganan dalam muhibah itu sekaligus penjajakan atau mempererat hubungan perdagangan antar dua kerajaan, agar sama-sama menguntungkan. Di saat kunjungan itu sekaligus sebagai sarana memperkenalkan produk, komoditas perdagangan pada negeri yang dikunjungi.

Serta untuk membeli produk perdagangan kerajaan yang dikunjungi untuk dijual di dalam negeri. Di sinilah pedagang, saudagar diikutkan dalam rombongan delegasi.

Sementara duta seni budaya, untuk menampilkan kesenian tradisi dan kearifan dari sebuah kerajaan. Tarian-tarian, atau seni pertunjukkan ataupun berbagai barang hasil kerajinan bernilai seni tinggi.

Prof Liang Liji menuliskan muhibah bagaimana raja-raja Nusantara ke Tiongkok dalam buku 'Dari Relasi Upeti ke Mitra Strategis' yang diterbitkan 'Kompas' 2012.

Baca Juga: Tim Balai Konservasi Borobudur Temukan Pecahan Tembikar Mataram Kuno di Lahan Ekskavasi Sky Walk

Kunjungan raja-raja nusantara atau tanah melayu tersebut diantaranya atas keberhasilan Laksamana Cheng Ho dalam menerapkan kebijakan luar negeri Dinastü Ming yang mengutamakan rukun-damai-harmonis.

Kunjungan raja-raja dari Nusantara itu bertujuan untuk mempererat hubungan dengan Dinasti Ming. Setiap raja yang datang berkunjung mendapat sambutan hangat dan perlakuan istimewa sebagai tamu negara yang diagungkan oleh Kaisar Ming.

Sebenarnya, menurut gagasan zaman feodal tentang hubungan tributer, Kaisar Ming adalah Kaisar Sejagat dan 'Tiongkok berada di pusat mengontrol negara-negara asing, sedangkan negara-negara asing berada di luar mendukung Tiongkok'.

Jadi, sifat kunjungan raja- raja dari Nusantara itu secara formal adalah kunjungan raja negara vasal untuk menghadap kaisar negara suzerin, semestinya tidak sederajat.

Baca Juga: Sengketa di Laut China Selatan Bisa Ganggu Ketahanan Pangan di Tanah Air

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB