HARIAN MERAPI - Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang kolaborasi 'Satu dalam Cita' yang dipersembahkan Titimangsa, Katadata dan Pura Mangkunegaran Solo bersama Bank Central Asia (BCA) digelar di Pura Mangkunegaran Solo pada 24 dan 25 Juni 2023.
Sudamala: Dari Epilog Calonarang di Solo merupakan kelanjutan pementasan serupa yang sebelumnya digelar di Jakarta tahun 2022.
Pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang menceritakan kisah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan yang memiliki kekuatan dan ilmu yang luar biasa besar serta ditakuti banyak orang termasuk membuat resah raja yang berkuasa saat itu, Airlangga.
Baca Juga: Satu dalam Cita Persembahkan Pementasan Sudalama: Dari Epilog Calonarang di Pura Mangkunegaran Solo
Hal ini pula yang menyebabkan tak banyak pemuda yang berani mendekati putri semata wayangnya, yang bernama Ratna Manggali.
Walu Nateng Dirah sangat kecewa dan mengekspresikan kepedihannya dengan menebar berbagai wabah. Luka hatinya itu akhirnya sementara terobati, setelah Ratna Manggali menikah dengan Mpu Bahula.
Kehidupan pernikahan ini ternyata dicederai Mpu Bahula. Ia yang ternyata adalah utusan pendeta kepercayaan Raja Airlangga, mengambil pustaka sakti milik Walu Nateng Dirah yang akhirnya jatuh ke tangan Mpu Bharada.
Baca Juga: Ikuti Jejak Sang Ayah 32 Tahun Silam, Kaisar Jepang Naruhito Berkunjung ke Kraton Yogyakarta
Walu Nateng Dirah kecewa dan murka, kemurkaan nya lalu menimbulkan wabah yang menyengsarakan banyak orang. Setelah Mpu Bharada mengenali ilmu yang dimiliki Walu Nateng Dirah, Ia lantas menantang Walu Nateng Dirah untuk beradu ilmu, agar dapat menuntaskan bencana dan wabah yang melanda.
Siapakah yang menang dalam pertarungan ini?
Apakah Walu Nateng Dirah, seorang perempuan sakti yang kecewa?
Ataukah Mpu Bharada, seorang brahmana suci, pendeta kesayangan Raja Airlangga?
Sutradara Jro Mangku Serongga saat jumpa pers di Pura Mangkunegaran Solo, Kamis (22/6/2023), mengutarakan, Sudamala berasal dari kata Suda yang berarti bersih dan Mala berarti kotor. Sudamala merupakan perjalanan untuk mencari pembersihan diri dan jiwa.
Baca Juga: Sejarah Tari Gambyong, pertunjukan untuk menyambut para tamu Istana Mangkunegaran Surakarta
Pementasan Sudamala mengusung pondasi dasar yang harus dimiliki para penokohannya. Seniman penampil perlu menghayati rupa, raga, irama serta rasa agar setiap penokohan memiliki karakter serta penjiwaan dengan harapan penonton dapat mengambil pesan ada dualisme dalam kehidupan, yakni baik dan buruk.
Menurutnya, pementasan Sudamala: Dari Epilog Calonarang ini menampilkan dua tokoh sentral yaitu Walu Nateng Dirah (Calonarang) dan Mpu Bharada.
Keduanya sebagai simbol dualisme yang esensinya pada pertunjukan ini sebagai upaya penyelarasan atau harmonisasi sehingga akan muncul keharmonisan.