budaya

Mengenal kesenian Dongkrek asal Madiun, awalnya digunakan untuk mengusir wabah penyakit

Sabtu, 7 Juni 2025 | 21:00 WIB
Kelompok kesenian Dongkrek khas Kabupaten Madiun pada zaman dahulu digunakan warga sebagai ritual untuk mengusir roh halus. (FOTO ANTARA/Fikri Yusuf)

HARIAN MERAPI - Dongkrek merupakan kesenian rakyat dari Desa Mejayan, Kecamatan Mejayan, Kawedanan Caruban, Madiun, Jawa Timur, yang telah berstatus Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) sejak tahun 2014.

Penampilan Dongkrek berupa tarian dan iringan musik yang mengkisahkan Raden Ngabei Lo Prawirodipuro ketika mengatasi pageblug mayangkoro.

Kala itu masyarakat Mejayan terkena wabah penyakit, yang mana pagi sakit sore meninggal, ore sakit paginya meninggal.

Baca Juga: Kata Titiek Soeharto, Emak-emak KWT dan PKK juga punya peran penting jaga ketahanan pangan

Dongkrek menggambarkan kronologi upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengusir pageblug mayangkoro tersebut.

Dalam kesedihannya, Raden Prawirodipuro sebagai pemimpin rakyat Mejayan mencoba merenungkan metode atau solusi penyelesaian atas wabah penyakit yang menimpa rakyatnya.

Renungan, meditasi dan bertapa di wilayah gunung kidul Caruban. Ia mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa mengusir balak tersebut.

Dalam cerita tersebut wangsit menggambarkan para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gondoruwo menyerang penduduk mejayan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa mejayan,

Baca Juga: Ada mafia pangan manipulasi data pasokan pangan, Mentan: Ini tidak boleh dibiarkan

maka dibuatlah semacam kesenian yang melukiskanfragmentasi pengusiran roh halus yang membawa pagelebuk tersebut.

Menurut sejarahnya, dongkrek mulai muncul sekitar tahun 1867 di Onderdistrik (Kecamatan) Mejayan, Kawedanan Caruban, Kabupaten Madiun.

Kesenian tersebut lahir pada masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawiradipura yang menjadi Palang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa.

Di Distrik Caruban pada waktu itu dipimpin seorang Wedana, yang bernama Raden Ngabei Prawiradipura II putra dari Raden Tumenggung Prawiradipura I, besan dari Raden Tumenggung Wignya Subrata (Bupati Caruban) karena putra ke-4 menikah dengan Raden Ngabhei Prawiradipura II.

Baca Juga: Hati-hati bagi perokok, dokter ingatkan efek air liur kering dan bisa berakibat seperti ini

Pada tahun 1867, Caruban sudah menjadi Distrik dengan Wedana Raden Ngabei Prawiradipura II. Sebelumnya Distrik Caruban merupakan wilayah kabupaten, Kabupaten Caruban yang sudah ada sejak ratusan tahun.

Halaman:

Tags

Terkini

Panen Sastra Diisi Diskusi dan Bedah Buku Sastra

Rabu, 15 Oktober 2025 | 08:30 WIB