Festival tahunan itu menjadi ajang yang selalu ditunggu oleh warga Ponorogo dan kabupaten sekitarnya maupun mereka yang merupakan pelaku aktif dan tinggal di berbagai daerah di Indonesia.
Bukan sekadar sebagai ajang hiburan, pelaksanaan festival itu menjadi penggerak ekonomi di Ponorogo, karena pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peluang untuk menyediakan berbagai kebutuhan para pengunjung dan grup Reog dari berbagai daerah, sehingga ada perputaran uang.
Reog Ponorogo adalah contoh dari sekian banyak budaya tradisi Indonesia yang mampu hidup dan menghidupi warganya.
Mengenai penulisan, kesenian itu awalnya bernama Reog, termasuk di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis Reog, bukan Reog. Nama Reog muncul ketika Bupati Ponorogo (kala itu) Markoem Singodimejo dijadikan slogan dan akronim dari "Resik, Endah, Omber Girang-gemirang", yang artinya "Bersih, indah, makmur, bahagia"
Para pewaris kebudayaan tradisional dapat belajar banyak dari kesenian Reog Ponorogo agar mampu bertahan hidup dan bisa dilestarikan oleh anak cucu. *