“Pak haluk adhong, Pak…,” begitu suara bindhengnya selalu terdengar di tengah malam manakala Lik Mingan lupa tidak menyediakan sesajen.
Kalau sudah begitu, keesokan harinya Lik Mingan menugaskan Kang Tupon, orang kepercayaannya untuk mencari burung gagak.
Baca Juga: Pengalaman misteri bapak saat menjalani tirakatan di Gunung Mijil
Malamnya ketika sudah menjadi sate, masakan istimewa tersebut disajikan kepada buto Terong, wayang miliknya.
Pada hari berikutnya Lik Mingan tinggal menghitung uang yang bakal didapatnya, diluar hasil menjual bakso.
Hari itu sudah waktunya pengusaha warung bakso tersebut memberi “cadhong”. Hatinya galau.
Pasalnya, Kang Tupon, yang biasa mencari burung gagak sedang pergi ke Lampung, menengok saudaranya yang sakit.
“Biarlah, sekali-sekali aku ganti cadhongnya dengan sate ayam cemani,” pikir Lik Mingan.
Memang, tanpa dibantu Kang Tupon, Lik Mingan kesulitan mendapatkan burung gagak untuk dibuat sate.
Baca Juga: Pengalaman misteri Mang Udin saat berjualan bakmi keliling di kampung Pedurungan.
Jadilah, hari itu si buto Terong diberi sajen sate daging ayam cemani.
Tengah malam Lik Mingan terbangun karena kaget.
Tidak tahu siapa yang melakukan, sate ayam cemani tersebut seperti sengaja ditumpahkan di wajahnya.
Keruan saja dia gebres-gebres. Mukanya belepotan kecap manis, sate ayam cemani, irisan brambang dan irisan lombok rawit.
Istrinya yang ditanyai tentang hal itu juga tidak tahu-menahu. “Yah, dia ternyata tidak mau aku apusi…,” gumam Lik Mingan. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *