harianmerapi.com - Sejak sore warga desa sudah terbayang-bayang akan menonton wayang kulit nanti malam. Seharian letih bekerja, wayang adalah hiburan. Tak tahunya bakal ada cerita horor yang dialami salah satu warga yang melihat penampakan kuntilanak.
Pertunjukan wayang kulit akan dihelat di depan rumah Pak Kadus. Halaman rumah Pak Kadus bisa untuk kegiatan macam-macam. Sering dipakai main badminton atau bola voli oleh pemuda desa.
Malam pun tiba. Bapak-bapak bergerombol. Ibu-ibu juga ada yang menonton. Anak-anak kecil tidak ketinggalan. Remaja-remaja ikut serta. Lampu neon menerangi halaman rumah Pak Kadus yang dipadati banyak orang.
Baca Juga: Lima Sifat yang Harus Dimiliki Orangtua dalam Mendidik Anak, Salah Satunya Ikhlas dan Rela Berkurban
Saat pertunjukan wayang telah mulai, tak semua fokus menyaksikan adegan. Beberapa malah sibuk sendiri-sendiri.
Ada yang mengobrol dengan teman sebelahnya. Ada yang terlihat berduan dengan kekasihnya. Setiap orang bebas melakukan apapun.
Bagi mereka, yang penting ngumpul. Sudah menjadi kebiasaan atau mungkin malu tidak menampakkan wajah. Warga desa saling paham kalau ada hajatan harus datang.
Di antara penonton itu ada seorang anak kecil bernama Galih (nama samaran). Usianya sepuluh tahun. Dia datang bareng ibunya.
Baca Juga: Beramal pada Orang Kaya dan Cicak Hafal pada Anak Kecil yang Suka Mengusirnya
Meskipun ada penerang lampu neon, cahayanya hanya mencakup halaman depan rumah Pak Kadus. Sisi sebelah utara rumah Pak Kadus yang terpisah jalan desa tetap terlihat temaram. Di situ ada pohon durian yang dikelilingi pagar dedaunan.
Malam itu, Galih mengalami suasana berbeda. Bukan suara dalang yang dia dengar, namun suara lain. Suara yang seolah-olah menembang.
Telinganya mendengar sesuatu yang sepertinya diucapkan oleh seorang perempuan. Di sela-sela menembang itu, namanya dipanggil-panggil.
Galih mengamati sekeliling, menengok ke kanan, menengok ke kiri. Dia dibuat penasaran siapa yang memanggilnya. “Galih, Galih, Galih,” suara itu menyapa.
Saat kepalanya digerakkan ke arah utara, Galih terperanjat. Ada perempuan berselendang merah. Wajahnya pucat dan kaku.