SLEMAN, harianmerapi.com – Ipan Pranashakti selain bekerja di Universitas Islam Indonesia (UII) juga dikenal sebagai pemberi pelatihan dan pendampingan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Sejak 2010 sampai sekarang, ia menjadi Dewan Pengurus Kadin Sleman (Komite Tetap Bidang Kewirausahaan).
Saat ini Ipan tengah menyiapkan pembuatan sistem informasi digital untuk membantu memasarkan produk-produk UMKM asal DIY dan sekitarnya, secara otomatis dan gratis.
Baca Juga: Ciri-ciri Wanita 'Sexy' dalam Islam, Sebagaimana Disampaikan Fatimah Az Zahra
Lebih diutamakan lagi jenis-jenis produk barang/jasa dari para pemilik UMKM masih pemula. Bisa pula yang sedang terlilit utang riba dan banting stir menerjuni UMKM.
“Seperti halnya salah satu yang sedang saya dampingi, yaitu pemilik usaha penjualan nasi kebuli secara online. Sebelumnya menerjuni bidang properti dan banyak terlilit utang,” jelas Ipan, Senin (11/10/2021).
Alumni Fakultas Ekonomi UII yang juga anak sulung sastrawan nasional era 70-80-an, Ragil Suwarna Pragolapati (Alm) ini mengungkapkan, ketika bicara produk dari UMKM tak lepas dengan branding. Pasalnya, hal ini identik dengan upaya membangun kesan mendalam ke pasar. Adapun hal yang terkait dengan branding, misalnya dengan pengenalan identitas yang bisa berwujud nama orang, nama perusahan, nama produk, logo, simbol dan lain sebagainya.
“Selain itu ada beberapa syarat penting jika suatu produk makanan akan dipromosikan secara online. Selain ada foto atau gambar yang menarik, penting pula menyebutkan bahan-bahan baku yang digunakan,” tutur Ipan.
Baca Juga: Salurkan Bantuan Tunai untuk PKL Malioboro, Jokowi: Rp 1,2 Juta Kurang Nggak?
Jika mempunyai website agar dapat meraih pendapatan maksimal, baik untuk produk jasa maupun barang, ada beberapa faktor penting, karena memang web bisnis bukan sekadar bisa online dengan teks dan gambar. Namun perlu ada persuasi ataupun daya bujuk yang kuat, kemudahan sampai soal user friendly. Idealnya pula, promosi web dipromosikan secara kolaborasi antara offline dan online.
“Dengan kata lain, harus terus dibangun promosinya, karena web tanpa dipromosikan, daya marketingnya kurang dan omzet tak meningkat, jadi percuma,” tandasnya.
Adapun suka-duka dalam mendampingi UMKM, suami dari Millyana Damayanti ini menjelaskan, ada banyak sukanya antara lain bisa memperbanyak persaudaraan. Ketika omzet penjualan dari produk UMKM semakin meningkat, ia ikut merasa bahagia pula. Sedangkan dukanya atau yang termasuk penghambat untuk memajukan UMKM, yakni masih adanya pelaku UMKM yang tak mau atau masih sulit mengikuti perkembangan zaman di era digitalisasi ini.
“Ada pula pemilik usaha UMKM, karena beberapa faktor menjadi mudah tersinggung. Jadi, perlu ada kiat-kiat tersendiri untuk melakukan pendampingan UMKM,” terang Ipan. *