Menurut Endang, peningkatan kasus pembuangan bayi turut dipengaruhi kondisi sosial DIY yang heterogen, termasuk banyaknya mahasiswa dari luar daerah.
"Kalau saya ditanya, kenapa trennya meningkat? DIY ini kan heterogen sekali, ya, mahasiswa juga banyak di DIY. Banyak kasus yang kita tangani, kita hubungi keluarganya di luar DIY untuk mengurus seperti itu. Karena mereka takut," ujarnya.
"Saya itu malah senang kalau bayi itu diserahkan, jangan dibuang. Diserahkan ke kami, kemudian dia minta tolong, minta bantuan. Itu yang kami edukasikan ke masyarakat," katanya.
Dua kasus pembuangan bayi di Kabupaten Sleman itu kini tengah diselidiki aparat kepolisian.
Kasus pertama terjadi pada Sabtu (25/10), saat warga Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, menemukan bayi perempuan di dalam boks styrofoam putih berisi perlengkapan bayi.
Sehari berselang, Minggu (26/10), bayi laki-laki ditemukan warga di Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, di dalam kardus yang diletakkan di teras rumah.
Polresta Sleman menyatakan tengah menyelidiki kedua kasus itu dengan memeriksa saksi-saksi dan menelusuri rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi kejadian.
Polisi memastikan kedua bayi dalam kondisi sehat dan telah mendapat perawatan medis.