Lauching dan Bedah Buku Toponimi Seri 3 di Dewita Brayut Sleman, Berikut 30 Nama Penulisnya

photo author
- Kamis, 26 September 2024 | 08:30 WIB
Foto bersama usai Launching dan Bedah Buku Toponimi Seri 3 di Dewita Brayut Sleman.  (Foto: Sulistyanto)
Foto bersama usai Launching dan Bedah Buku Toponimi Seri 3 di Dewita Brayut Sleman. (Foto: Sulistyanto)

HARIAN MERAPI -  Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman menggelar Launching dan Bedah Buku Toponimi Seri 3, Rabu (25/9/2024).

Suasana kian berkesan, segenap panitia dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman memilih lokasi Launching dan Bedah Buku Toponimi Seri #3 di kompleks Desa Wisata (Dewita) Brayut Pandowoharjo Sleman.

Dalam laporan kegiatan penulisan Buku Toponimi Seri 3, Kasie Bahasa Sastra Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman, Ita Kurniawati SIP MPA menjelaskan, buku tersebut ditulis oleh 30 penulis.

Baca Juga: Gusti Putri Paku Alam Kenalkan Buku Batik Pakualaman: Antara Tradisi, Sastra dan Wastra, Karya 3 Penulis

Selain itu juga melibatkan lima tenaga ahli pendamping. Semuanya, pengurus maupun anggota Paguyuban Sastra Budaya Jawa (Pasbuja) Kawi Merapi Sleman. Sedangkan judul buku Toponimi Seri 3, yakni, Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari.

“Baik Toponimi Seri Satu, Dua dan Tiga membahas seputar sejarah penamaan suatu padukuhan. Masing-masing ada 30 padukuhan di Sleman, jadi totalnya sudah 90 padukuhan,” ungkapnya.

Mewakili Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman, Kabid Adat Tradisi Lembaga dan Seni, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman Ignatius Eko Ferianto SSn ME memberikan apresiasi tinggi adanya penulisan Buku Toponimi tersebut.

Baca Juga: Bio Farma Group Gelar Round Table Discussion di Yogyakarta, Jajaki Kolaborasi Layanan Kesehatan dengan Rumah Sakit

“Padahal di Kabupaten Sleman ada 17 kapanewon, 86 kalurahan dan 1.212 padukuhan. Jadi, masih banyak yang dapat ditulis lagi, dan semoga bisa memberikan banyak manfaat,” paparnya.

Dicontohkan Eko, bersumber pada Buku Toponimi Seri 2, sebagian hasil penulisan asal-usul nama suatu padukuhan telah dibuat film dokumenter, sehingga manfaatnya bisa semakin banyak lagi.

Adapun prosesi launching Buku Toponimi Seri 3, secara simbolis ada penyerahan buku oleh Kabid Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permuseuman Dinas Kebudayaan Sleman, Anas Mubakkir SS kepada perwakilan dukuh yang hadir dalam kesempatan tersebut.

Baca Juga: Puluhan ekor paus terdampar di Alor NTT, fenomena apa?

Sedangkan Bedah Buku Toponimi Seri 3 menghadirkan dua narasumber, yakni Dr Muhammad Qadhafi SS MA dan Julianto Ibrahim SS MHum. Sebagai moderatornya, Wiwien Widyawati Rahayu.

Dalam pemaparannya, Qadhafi mengusung tema, Menuliskan yang Lisan , Menangkap Identitas di Balik Nama-Nama. Lain halnya dengan Julianto Ibrahim mengangkat tema, Toponimi Padukuhan di Sleman, Memaknai Identitas dan Jati Diri Suatu Wilayah.

“Fungsi Toponimi antara lain, bisa sebagai penanda lokasi suatu tempat, sebagai identitas dan identifikasi hingga dapat untuk promosi ataupun pengembangan pariwisata,” paparnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X