Puluhan ekor paus terdampar di Alor NTT, fenomena apa?

photo author
- Rabu, 25 September 2024 | 21:25 WIB
Ilustrasi - Seekor Hiu Tutul (Rhincodon typus)Â terdampar di pantai Desa Mojosari, Puger, Jember, Jawa Timur, Ahad (22/9/2024).  (ANTARA FOTO/Seno)
Ilustrasi - Seekor Hiu Tutul (Rhincodon typus)Â terdampar di pantai Desa Mojosari, Puger, Jember, Jawa Timur, Ahad (22/9/2024). (ANTARA FOTO/Seno)

HARIAN MERAPI - Fenomena terdamparnya puluhan paus pemandu sirip pendek (short-finned pilot whale) di pesisir Pureman, Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu yang lalu.

Menurut ahli Cetacea dari James Cook University, Australia, Putu Liza Kusuma Mustika, paus merupakan mamalia laut yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

"Seperti penggunaan sonar di bawah laut, pencemaran air, kontaminasi sampah laut, hingga badai matahari yang bisa menyebabkan gangguan elektromagnetik pada kutub-kutub bumi, di mana paus juga menggunakan sonar untuk sistem navigasinya," tutur Icha, sapaan akrabnya, dalam kegiatan diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Baca Juga: Ribuan Siswa SD-SMP Sekolah Islam Terpadu Jateng Bakal Penuhi Spekta Merbabu, Mereka Kemah Ukhuwah Wilayah IX

"Menurunnya kualitas air juga dapat menurunkan imunitas paus, sedangkan semakin banyaknya sampah laut (terutama plastik) telah menyebabkan lebih banyak paus yang mati karena menelan sampah-sampah tersebut," imbuhnya seperti dilansir Antara.

Icha memaparkan berbagai kasus terdamparnya paus di dunia, yang beberapa di antaranya disebabkan oleh sampah lautan, yang umumnya berbentuk plastik keras.

Plastik yang tertelan, kata dia, bisa merusak organ dalam paus, yang menyebabkan paus tidak bisa makan, dan bisa membuat paus kelaparan, kemudian mati dan terdampar.

"Bayangkan, ada paus berukuran 10 meter yang mati, dan ditemukan di dalamnya sebanyak 8 kilogram plastik," ungkapnya.

Baca Juga: Meski Hanya DiikutiPaslon Tunggal, KPU Sukoharjo Perkirakan Partisipasi Pemilih Pilkada Sukoharjo 2024 Tembus 80 Persen

Menurutnya, kejadian ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena paus merupakan spesies yang dilindungi. Oleh karenanya, ia mendorong adanya koordinasi antarpemangku kepentingan terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, dalam penanganan kasus paus terdampar, termasuk di antaranya dalam upaya pencegahan.

Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengganggu/menaiki tubuh paus yang terdampar, karena hewan ini dalam kondisi lemah dan perlu penanganan yang tepat.

Terkait hal tersebut, Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Achmad Sahri mendorong kepada seluruh pemangku kepentingan terkait untuk memahami pola sebaran spasial dan temporal dari kejadian mamalia laut terdampar di Indonesia dapat mendukung upaya penyelamatan biota tersebut.

Sahri bersama tim peneliti telah melakukan riset terkait ekologi paus dan kejadian terdampar, guna memahami lebih jauh tentang tingkah laku biota ini dan mencegah terulangnya kejadian serupa.

Baca Juga: Ini 'Janji-Janji' Tiga Paslon Pilkada Salatiga 2024, Janjinya Tidak Ada yang Jelek, Semua Ingin Memajukan Salatiga

"Selama periode 1995-2021, setidaknya 26 spesies paus dan lumba-lumba yang terdampar di perairan Indonesia. Satu dari enam spesies yang paling sering terdampar adalah paus pemandu sirip pendek yang juga terdampar di perairan Alor NTT beberapa pekan lalu," paparnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X