HARIAN MERAPI-Penyair Dhenok Kristianti akan meluncurkan buku puisi karyanya 'Apa Sumpahmu?!' di Pendapa Asdrafi Ndalem Pakuningratan Ngasem Yogyakarta, Sabtu 30 Maret 2024 pukul 20.00. Acara yang digelar Satupena DIY ini menghadirkan pembaca puisi asal Bali Ni Putu Putri Suastini. Pembahasnya Satmoko Budi Santosa.
Buku 'Apa Sumpahmu?!' diterbitkan Interlude tahun lalu. Namun baru sempat diluncurkan di hadapan masyarakat sastra Yogya saat ini. Dhenok merasa perlu mengenalkan buku terbaru setebal 94 halaman ini di Yogya. Karena Yogya tanah lahirnya. Pun penempa yang membuatnya jadi penyair sejati kaliber internasional.
'Apa Sumpahmu' terdiri tiga sub judul: 'Kasut di Atas Takhta' (15 puisi), 'Dalam Kepungan Karma' (10) dan 'Pajegan di Atas Kepala' (7).
Tampilnya Dhenok dan Putri Suastini di acara ini merupakan reuni. Keduanya sering berkolaborasi di acara sastra berbagai kota di Indonesia, utamanya Yogya. Putri Suastini dikenal sebagai pembaca dahsyat yang mampu menghipnotis penonton.
Baca Juga: Tips membedakan pelumas dan suku cadang asli atau palsu
Peristiwa dramatis dan tercatat sejarah, saat Putri Suastini tampil di acara Musik Mantra 2 di Yogyakarta, 31 Maret 2015. Dahsyatnya penghayatan dan mistisnya suara Putri Suastini, empat penonton kerawuhan. Putri Suastini merupakan seniwati serba bisa. Penyanyi, aktris teater dan sinetron, serta pembaca puisi andal.
Kemampuan membaca puisi Putri Suastini diakui dosen Universitas Jambi Prof Dimas Arika Mihardja (alm), sebagai teaterikal puisi yang tidak hanya indah, juga mampu merasuk sampai batin pemirsa. Lahir di Denpasar Bali Yogyakarta, 27 Januari 1966. Putri Suastini juga menulis puisi. Tahun 2018 merilis dua antologi puisi 'Bunga Merah' dan 'Rumah Merah'.
"Kembali sepanggung dengan Bu Putri Suastini menggembirakan, juga membanggakan. Puisi saya kalau dibacakan beliau semakin bagus dan terasa mistis," ungkap Dhenok yang dalam buku 'Apa Sumpahmu?!' menulis puisi bagi Putri Suastini berjudul 'Tarian Putri Bal
Buku 'Apa Sumpahmu?!' dipersembahan Dhenok untuk Bali. Sastrawan kelahiran Yogyakarta 25 Januari 1961 ini menulis tentang provinsi Bali karena pernah tinggal di Renon Denpasar Bali, mengajar dan berkesenian. Aktivitas sastra yang nyata di Bali, membuat Dhenok mendapat Penghargaan Bali Jani Nugraha IV dari Pemprov Bali tahun 2022.
Baca Juga: Mayoritas masyarakat alokasikan THR tahun ini untuk belanja kebutuhan Ramadhan, bukan ditabung
Di samping itu, Bali dan tradisinya di mata Dhenok sangat elok dan bernilai.
"Tidak mengada-ada jika saya merasa menjadi bagian rakyat Bali. Dengan bersuami orang Bali, sedikit banyak saya ikut merasakan denyut budaya Bali dan keindahan alamnya. Bali bagi saya pusat rasa kagum sekaligus cemas. Saya mengagumi ajaran filosofisnya, tapi mencemaskan kalau nilai luhur tersebut terkikis tuntutan zaman," ungkap istri I Gede Joni Suhartawan itu.
Pertengahan tahun 1970-an, Dhenok sudah muncul di koridor sastra Indonesia. Karyanya sangat banyak. Tahun 2019, Dhenok Kristianti Juara 1 Penulisan Puisi Esai Tingkat Asean lewat puisinya berjudul 'Mary Jane dan Maut'.
Buku puisinya yang telah terbit: '2 di Batas Cakrawala' dan 'Berkata Kaca' (bersama Nana Ernawati). Buku puisi tunggal: 'Ini Kunci', 'Kata Namanya', 'Setelah Ingar-bingar', 'Dalam Kepungan Gelombang'. "Senang bisa kembali dan ketemu teman-teman di Yogya," ungkap Dhenok. *