HARIAN MERAPI - Soto sudah ada sejak lama dalam sejarah kuliner Nusantara.
Sajian kuliner berupa soto dibawa pedagang Tionghoa yang berlabuh di Semarang, sekitar abad 19.
Sejarawan Denys Lombard dalam sebuah bukunya menyampaikan soto dari masakan populer sekitar abad 19 dari Cina bernama Caudo atau Jao To yang berarti makanan berkuah dalam bahasa peranakan Tionghoa.
Soto awalnya disajikan dengan jeroan, tetapi karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, maka jeroan diganti dengan daging ayam, kerbau, dan sapi.
Baca Juga: Kasus pagar laut di Tangerang, Nusron Wahid sudah batalkan 192 sertifikat
Pembuatan soto terlihat dari bahan isiannya seperti mie, bihun atau soun, telur rebus, tauge, daging/jeroan, bawang putih goreng, penggunaan sendok bebek dan mangkuk sup keramik Tiongkok.
Kini soto yang pada awalnya banyak ditemukan di pesisir utara Jawa Tengah seperti Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Kudus, telah menyebar ke daerah lain.
Berbagai daerah di Indonesia memiliki soto khas masing-masing dengan bumbu dan nama yang berbeda pula.
Ada banyak macam soto di Indonesia, di antaranya soto ayam, soto daging sapi, soto kudus, soto Madura, soto boyolali, soto kriyik, soto kebumen, coto Makassar, soto mie Bogor, dan soto lenthok.
Diantara kekhasan adalah soto ayam Aceh menggunakan santan dan rempah-rempah seperti jahe, kemiri, jintan, ketumbar, dan lada. Soto ayam lamongan kuah bening.
Soto daging sapi, untuk soto Madura menggunakan daging sapi, jeroan, bihun, telur rebus, kol, dan tauge. Coto Makassar menggunakan daging sapi yang melimpah dan disajikan dengan kuah kental dan berwarna cokelat.
Soto mie Bogor menggunakan mie kuning, daging sapi, babat, kikil, tauge, dan risoles. *
