Sedangkan sebagai tayuhan, keris dipandang memiliki nilai tertentu bagi pemiliknya atau isoteri.
Misalnya, keris tersebut berharga karena pemberian dari orang yang dihormati. Bisa pula karena warisan turun-temurun.
Selain itu juga bisa karena berdasarkan pengetahuan orang yang mengerti dunia gaib.
Baca Juga: Tosan aji pedang, punya pamor seperti keris, tampilannya garang
Sedangkan wasuhan adalah keris dipandang sebagai benda komoditas seni.
Ki Sugiyono mengatakan, pada zaman dulu seorang Mpu yang membuat keris juga akan menukarkan kerisnya dengan sesuatu barang yang dibutuhkan.
Menurutnya, ketiga kategori keris tersebut bisa menjadi nilai filosofi sebilah keris.
"Dan, itu justru menjadi pemahaman terhadap keris yang paling mendekati menurut pakem," katanya.
Baca Juga: Jamasan pusaka di Bulan Suro, tiap keris sajennya berbeda, ini urutannya
Tetapi terkait dengan keris yang dipercaya berkekuatan gaib, Ki Sugiyono menyarankan agar kepercayaan itu disimpan untuk diri sendiri saja.
Dia mengingatkan, bahwa keyakinan terhadap adanya makhluk halus atau kekuatan gaib sehingga menghilangkan keyakinan pada Tuhan itu berarti klenik.
Ki Sugiyono berharap, pemahaman masyarakat terhadap keris bisa lebih terbuka dan mapan.
“Sehingga, keris bisa diterima masyarakat luas dan menjadi komoditas seni yang memiliki peluang pemasaran lebih luas,” katanya. *