HARIAN MERAPI - Jamasan pusaka di bulan Suro dengan cara tradisional mensyaratkan adanya sajen atau sesaji.
Membersihkan benda pusaka atau jamasan pusaka keris dengan cara tradisional juga melibatkan sebuah ritual.
Ritual jamasan pusaka keris di bulan Suro harus lengkap dengan sajen dan harus dilakukan di bulan Suro.
Baca Juga: Jamasan pusaka jadi tradisi wajib jelang Malam 1 Suro, simak dua cara jamasan berikut ini
Dan, setiap jenis keris mensyaratkan uba rampe atau perlengkapan sajen khusus yang berbeda-beda.
Namun jika jamasan pusaka secara massal melibatkan lebih dari satu keris, biasanya cukup dengan satu paket sajen.
Satu paket sajen itu adalah kembang tujuh warna atau kembang setaman, segelas kopi pahit, teh pahit dan air putih, serta tiga batang rokok atau kinang.
Untuk jamasan keris secara khusus, waktu pelaksanaannya juga harus sesuai weton pemiliknya.
Baca Juga: Ritual untuk merayakan malam 1 Suro banyak kejadian mistis, salah satunya di Gunung Mijil
Ki Sugiyono, pemerhati keris di Jogja mencontohkan untuk Keris Kebo Kantong sajen khsususnya adalah dua utas lawe atau benang berwarna gelap dan terang.
“Syarat khusus bagi sebilah keris itu sangat tergantung dengan fungsi kerisnya,” katanya.
Dia menjelaskan, Keris Kebo Kantong yang berpamor beras wutah filosofinya adalah etos kerja.
Energinya mampu memberikan sugesti bagi pemiliknya untuk tidak kenal lelah bekerja dan mendapatkan rezeki melimpah.