HARIAN MERAPI - Babad Tanah Jawi legenda jazad Untung Surapati wangi setelah Pasuruhan taluk kompeni kemudian menggelar sayembara mencari makam Untung Surapati
Tumenggung Wiranegara semakin hari semakin parah saja sakitnya. Bahkan dia tidak bisa bergerak sama sekali kecuali hanya berbaring.
Kemudian dia memanggil anak-anaknya untuk memberikan pesan terakhirnya.
"Anak-anakku Mas Surakim, Sarapati, dan Suradilaga. Agaknya hari-hari terakhir rama sudah tiba."
"Besok jika rama meninggal buatkan kubur yang rata dengan tanah dan di atasnya ditanami aneka perdu biar Belanda tidak tahu kalau itu makamku."
"Kalian bertiga dan saudara-saudara yang lain janganlah sekali-sekali kenal dengan Belanda. Jika ada yang kenal dengan Belanda semoga kena supataku tidak akan selamat hidupnya”, kata Tumenggung Wiranegara.
“Ngestokaken dhawuh, rama”, jawab anak-anak Tumenggung Wiranegara.
Ketika ketiga anak Tumenggung Wiranegara itu kembali ke medan tempur suasana sudah menjadi tidak seimbang banyak prajurit Pasuruan yang gugur menjadi korban.
Tumenggung Katawengan yang memimpin bala Prajurit Pasuruan melarikan diri bersama anak buahnya ke Kediri.
Sedangkan Sunan Kendang berikut bala prajuritnya lari ke arah tenggara mereka ketakutan melawan Pangeran Purbaya dan pasukannya.
Tepat di tahun 1631 akhirnya bedahlah Pasuruan, Pangeran Purbaya dan Tuan Komisaris lalu memasuki kota raja Pasuruan dan mesanggrah di situ dalam waktu cukup lama.
Warga masyarakat yang semula pergi mengungsi menjauhi pertempuran kini sudah mulai kembali lagi ke rumahnya masing-masing.
Mereka merasakan bahwa Pangeran Purbaya dan prajuritnya telah berhasil menciptakan ketentraman dan kedamaian.