“Goblok! Kita bisa merebut perahu-perahu Belanda yang bersandar di bandar. Mumpung belum terlalu banyak tentara Belanda yang mendarat di sini."
"Toh sebagian besar tentara Belanda ada di induk pasukan dan kini masih sibuk menjarah rayah harta kerajaan setelah Sultan Hasanuddin menyingkir dari kerajaan menyelamatkan diri."
"Aku yakin pasukan Belanda yang berjaga-jaga diperahu-perahu itu tentu tidak begitu banyak mudah kita hancurkan, cepat laksanakan!”, jawab Karaeng Galesong membentak keras.
“Baiklah”, jawab Daeng Maklucing. Kemudian bersama Panji Karonuban dia mengajak prajurit-prajuritnya berkumpul.
Mereka kemudian berbondong-bondong menuju ke bandar dimana perahu-perahu layar Belanda masih bersandar.
Baca Juga: AM Kuncoro Rilis Album Emulsi Berisi 13 Lagu, Berkolaborasi dengan Penyanyi yang Berbeda-beda
“Busung Mernung, kamu dan anak buahmu menyeberanglah ke Jawa lebih dahulu menggunakan perahu-perahu milik kita.
Ada lima belas perahu besar kecil gunakan semuanya, aku akan menyusul kemudian bersama Daeng Maklucing!”, perintah Karaeng Galesong.
“Siap, Tuanku”.
“Aku juga siap, Tuanku”, sahut Daeng Winggeni seorang pimpinan bregada setingkat lurah prajurit wiratamtama itu ikut-ikutan menjawab penuh semangat.
Artikel Terkait
Babad Tanah Jawi: Ki Ageng Selamanik Senopati yang Melanjutkan Perjuangan Pangeran Diponegoro Melawan Belanda
Sunan Amangkurat Mas 6: Pasukan Kartasura Berhasil Membalas Membantai Belanda Jangkung Beramai-ramai
Nyi Mas Melati Singa Betina dari Tangerang 6: Oleh Belanda Jasadnya Dipotong dan Dimakamkan Terpisah
Kesultanan Banten 6: Sultan Ageng Tirtayasa Kecewa pada Sultan Haji yang Dekat dengan Belanda
Kesultanan Banten 7: Sultan Haji Dimanfaatkan Belanda Jadi Titik Balik Masa Kejayaan