harianmerapi.com - Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya untuk dijadikan raja pembantu, dengan gelar Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji pada tahun 1671 M.
Tapi ternyata Sultan Ageng Tirtayasa malah dibuat kecewa. Sultan Haji rupanya memiliki jalinan baik dengan Belanda, yang di mata Sultan Ageng Tirtayasa adalah musuh bagi Banten.
Sebagai bentuk rasa kecewanya, Sultan Ageng pun menarik kembali jabatan raja pembantu Sultan Haji. Namun rupanya hal ini menimbulkan benih terjadinya perpecahan di Banten.
Hal itu terjadi sekitar tahun 1680. Perselisihan di Kesultanan Banten, dimanfaatkan dengan baik oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Sultan Haji yang tak senang jabatan dicopot sanga ayahanda tidak lantas diam. Ia meminta bantuan pada VOC, sehingga akhirnya pecah perang saudara.
Selain itu, Sultan Haji juga mengirim 2 orang utusannya untuk menemui Raja Inggris di London tahun 1682. Hal itu dilakukan untuk mendapat dukungan serta bantuan persenjataan.
Bantuan asing membuat Sultan Haji dalam posisi lebih kuat. Sementara Sultan Ageng pun terpaksa mundur dari istana dan pindah ke kawasan yang disebut dengan Tirtayasa.
Hal ini tak membuat Sultan Haji berhenti. Pada tanggal 28 Desember 1682, kawasan Tirtayasa berhasil dikuasai berkat bantuan VOC.
Artikel Terkait
Kesultanan Banten 4: Sunan Gunung Jati Menyerahkan Kekuasaan pada Maulana Hasanudin
Kesultanan Banten 5: Maulana Muhammad Meninggal Muda, Sultan Ageng Tirtayasa Membawa ke Kejayaan