harianmerapi.com - Meringkuk di sel tahanan atas kasus pembunuhan atas kematian Bu Lola jelas sangat tidak mengenakkan Salendro.
Apalagi posisinya sebagai kepala desa pasti bakal ikut terancam. Belum lagi rasa malu yang diderita seluruh keluarga besarnya.
Guna memberikan rasa ketenangan pada dirinya, maka Salendro segera mencari pengacara.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 1: Kepala Desa Meninggal Mendadak secara Misterius, Warga pun Geger dan Heboh
Kebetulan ia memang sudah kenal dengan salah satu pengacara di kota, sehingga tak perlu kesulitan untuk menghubungi.
Salendro kemudian menumpahkan semua uneg-unegnya, mengapa diriny tiba-tiba dijadikan tersangka oleh polisi. Salendro menduga ada yang merekyasa agar dirinya masuk penjara.
Motifnya bisa saja karena sakit hati pada dirinya yang menjabat sebagai kepala desa. pasti ada saja pihak yang merasa dirugikan selama ini.
Salendro juga menyadari, beberapa kali dirinya telah membuat kebijakaan yang merugikan banyak orang.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 2: Suara Pro dan Kontra Muncul Setelah Kepada Desa Meninggal Mendadak
Terutama setelah dirinya kenal dengan Sunti, perempuan yang banyak memberi pengaruh pada dirinya.
"Tuduhan yang diberikan untuk Bapak memang berat, karena terkait dengan nyawa orang yang sudah jadi korban," kata Sungkono, sang pengacara.
"Tapi buktinya apa?" tanya Salendro.
"Polisi tidak mungkin menangkap atau menetapkan seseorang sebagai tersangka jika tidak ada bukti kuat. Tadi sudah saya tanyakan, ada sidik jari Bapak di tempat kejadian perkara," jelas Sungkono.
Salendro makin kaget, bagaimana mungkin ada sidik jari di rumah Bu Lola, sementara ia tak pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut.
Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago