"Siap, Kanjeng Sultan," jawab Tumenggung Mangun Oneng. Segera beliau berangkat ke Surabaya dengan pasukan yang besar beranggotakan ratusan ribu prajurit dari berbagai daerah.
Kota Surabaya dikepung rapat sehingga prajurit dan warganya tidak bisa keluar, perdagngan jadi macet, bahan pangan tidak bisa masuk kota, akhirnya kondisi kota Surabaya lumpuh, rakyat kelaparan.
Blokade yang dilakukan oleh Tumenggung Mangun Oneng ini ternyata ampuh.
Pangeran Surabaya utusan kepada putranya bernama Radenmas Pekik menyampaikan pernyataan takluk kepada Mataram.
Tumenggung Mangun Oneng lalu mengirimkan utusan ke Mataram kalau Pangeran Surabaya sudaah takluk.
Seperti biasanya jika suatu daerah sudah takluk maka pejabat-pejabat daerah itu akan menjadi tawanan.
Begitupun halnya Pangeran Surabaya beserta seluruh keluarganya ditambah dengan Adipati Pajang dan Ngabehi Tambakbaya dibawa ke Mataram.
Perjalanan mereka melewati Kediri terus ke Pranaraga. Di Pranaraga inilah mereka dijemput oleh utusan Kanjeng Sultan.
"Tumenggung Mangun Oneng, aku diperintahkan Kanjeng Sultan supaya Tumenggung Sepanjang diangkat menjadi Bupati Surabaya.
Sedangkan Pangeran Surabaya berikut keluarganya agar dibuatkan rumah di luar kota dan tidak boleh ada pembantu di rumahnya," kata utusan itu panjang lebar.
"Baiklah, perintah Kanjeng Sultan akan aku laksanakan. Lalu bagimana dengan cecurut Ngabei Tambakbaya beserta Adipati Pajang itu?"
"Lanjut kirim ke Mataram!"
Tumenggung Mangun Oneng lalu memberi tugas kepada Tumenggung Sepanjang agar segera ke Surabaya dan membangunkan rumah buat Pangeran Surabaya di luar kota.
Setelah itu dia sendiri bersama pasukannya kembali ke Mataram melewati Pajang. Ternyata sampai di sini sudah dijemput oleh utusan dari Mataram.