harianmerapi.com - Pada masa pemerintahan Panembahan Senopati, menjadi tradisi di kerajaan Mataram Islam ada waktu khusus bagi raja tampil dalam suatu acara pada hari Senin Kamis.
Pada acara siniwaka itu raja duduk di singgahsana nata di hadapan semua pembesar kerajaan berikut para abdi dalemnya.
Dalam kemempatan itu biasa ada hal-hal yang harus disampaikan langsung sebagai perintah maupun terkait dengan tugas seorang raja dalam menegakkan keadilan menyangkut berbagai kasus yang terjadi di masyarakat dan membutuhkan keputusan raja untuk mengadilinya.
Tradisi itu pada masa Panembahan Krapyak masih dilaksanakan. Bahkan dalam beberapa sumber dari cerita tutur, pada dua hari khusus itu biasanya Panembahan melaksanakan puasa sunah.
Sehingga ketika memutuskan sesuatu perkara bukan lagi sebagai keputusan yang dirasuki amarah maupun napsu, namun sebagai keputusan atas kehendak Tuhan yang dapat dipertanggungjawabkan dunia-akheratnya.
Sedemikian kuatnya nilai spiritualitas seorang raja sehingga masih tetap memakai gelar Panembahan sebagai wujud kedekatannya pada Tuhan.
Dalam masa pemerintahan Panembahan Krapyak, rakyat Mataram benar-benar dalam kemakmuran bahkan sang Nata sangat menjunjung tinggi keadilan bagi semua kalangan yang didasarkan pada nilai-nilai spiritualitasnya sebagai seorang mukmin.
Meski tergolong masih belia, raja muda ini memiliki kecakapan dalam banyak hal termasuk juga dalam selera kestarianya untuk berburu.
Artikel Terkait
Babad Tanah Jawi: Usai Dewanta Sanjaya Mangkat Mataram Terbelah Jadi Dua Bagian
Babad anah Jawi: Pesareyan Antakapura Gunung Kelir di Selatan Kraton Mataram Kondang Angker
Mataram Islam Pasca Panembahan Senopati 1: Putra Mahkota Adi Prabu Hanyakrawati Dinobatkan pada Hari Senin