harianmerapi.com - Dalam cerita menyelamatkan pusaka Kerajan Majapahit dikisahkan rombongan Ki Ageng Tunggul Wulung kedatangan sepasukan musuh saat tengah beristiraahat.
Dengan kemampuannya sebagai makhluk halus Ki Lurah Sutejo dan Ki Lurah Purworejo berusaha menutupi orang-orang yang sedang tidur nyenyak itu agar tidak terlihat oleh musuh yang datang.
Sedangkan Ki Ageng Tunggul Wulung dan Tumenggung Suryati melonjat sejauh-jauhnya lalu mereka berlari meninggalkan Umbul Gayaman mencari tempat yang lapang.
Ternyata yang memburu mereka adalah sekitar lima belas orang prajurit Demak dipimpin oleh Mas Penewu Pringga Lelana dan Mas Ngabei Dipowinadi.
Terjadilah perang tanding yang ramai sekali Ki Ageng Tunggul Wulung bersenjatakan keris pusaka Pulung Geni melawan Mas Panemu Pringga Lelana yang bersenjatakan tombak pendek.
Sedangkan Tumenggung Suryapati bersenjatakan cemeti yang biasa dibawanya ketika mengendalikan sapi-sapi penarik Pedatinya melawan Ngabei Dipowinadi yang bersentakan pedang.
Selain itu, prajurit-prajurit pengikut mereka yang lebih dari sepuluh orang itu dilayani oleh Ki Lurah Sutejo dan Ki Lurah Purworejo yang menyaru menjadi beberapa orang prajurit bersenjata lengkap.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 2: Dibantu Prajurit Makhluk Halus Menuju ke Arah Barat Daya
Bukan main tandangnya kedua lurah prajurit kajiman yang menyaru menjadi beberapa orang itu.
Senjata mereka teracu nampak berkilat-kilat tertimpa cahaya bulan sedemikian tajamnya ketika melukai kulit lawannya.
Bahkan tidak jarang menebas tangan atau kaki lawan sampai terpotong sehingga mereka mengaduh kesakitan atau bahkan lalu menghembuskan nafas terakhir.
Sementara itu Ki Ageng Tunggul Wulung dengan keris pusaka Pulung Geni di tangannya mampu menguasai perlawanan Mas Penewu Pringga Lelana dalam waktu singkat.
Nyaris peperangan ini tidak seimbang dimana Mas Penewu Pringga seluruh tubuhnya menjadi gemetar tatkala senjatanya beradu dengan keris pusaka Pulung Geni.
Baca Juga: Menyelamatkan Pusaka Kerajaan Majapahit 3: Perjalanan Masih Jauh, Beristirahat di Bawah Pohon Gayam