Pemimpin yang Zalim 16: Bertindak Sewenang-wenang, Adigang Adigung Adiguna

photo author
- Jumat, 1 April 2022 | 18:05 WIB
Salendro mulai bersikap adigang adigung adiguna. (Ilustrasi Sibhe)
Salendro mulai bersikap adigang adigung adiguna. (Ilustrasi Sibhe)

harianmerapi.com - Menilai memang lebih gampang ketimbang menjalani sendiri. Apalagi menilai seorang pemimpin yang di mata banyak orang dianggap zalim.

Begitu pula dengan Salendro, yang saat masih menjadi warga biasa sangat pandai menilai Pak Jalidu selaku kepala desa sehingga orang-orang bisa terpengaruh dengan pendapatnya.

Sekarang saat dirinya gantian menduduki posisi yang sama, ternyata ibarat pinang dibelah dua. Sama saja. Seperti pepatah mengatakan adigang adigung adiguna.

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 1: Kepala Desa Meninggal Mendadak secara Misterius, Warga pun Geger dan Heboh

Apa yang pernah dilakukan Pak Jalidu ternyata juga ia lakukan tanpa merasa risih.

Bahkan Salendro seolah belajar dengan beberapa arsip yang ia temukan, dan diterapkan sesuai dengan perkembangan zaman,

Namun pada intinya adalah demi kepentingan tertentu dengan mengabaikan kepentingan masyarakat umum.

Toh demikian Salendro tak serapi apa yang dilakukan Pa Jalidu, karena nyatanya sangat mudah ditebak oleh warga penyimpangan yang dilakukannya.

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 2: Suara Pro dan Kontra Muncul Setelah Kepada Desa Meninggal Mendadak

Seperti soal perempuan, Pak Jalidu sebenarnya juga memiliki istri simpanan. Namun seolah warga tak mempersoalkan, karena kepandaiannya menutup rapat rahasia itu sehingga hanya orang-orang tertentu dan kepercayaannya saja yang tahu.

Sementara Salendro tampaknya lebih grusa-grusu dalam mengambil sikap dan keputusan. Ia tak menyadari bahwa dirinya kini ganti dilihat dan dinilai oleh orang lain.

Kekuasaan membuat dirinya lupa diri, sebagai layaknya pepatah Jawa mengatakan adigang adigung adiguna. Orang yang mengandalkan kekuatan kekuasaan dan kepandaiannya.

Sebagai kepala desa Salendro merasa kuat karena didukung warga. Dengan kekuasaan ia merasa leluasa untuk berbuat apa saja, sementara orang lain dianggap lebih rendah kepandainnya dibanding dirinya.

Baca Juga: Pemimpin yang Zalim 3: Warga Memilih Calon Pemimpin Baru, Muncul Nama-nama sebagai Jago

Musyawarah yang dilakukan hanya sekadar formalitas saja, karena pada akhirnya semua keputusan bergantung pada keingingan Salendro.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X