harianmerapi.com - Pangeran Gagak Sinangling benar-benar kagum melihat ajian Panembahan Sajodho, yang membuat dirinya jadi kembar.
Dalam hati Gagak Sinangling mengatakan kelak dirinya ingin mempelajari ajian kakang kawah adi ari ari itu.
Pertempuran sendiri terjadi semakin sengit. Adimas Sajodho meloncat ke samping menghindari ujung pedang Wangsagemet.
Sekalian dia menghentakkan cambuknya suaranya meledak-ledak seperti petir disiang bolong.
Ketika ujung cambuk lawan yang ada besi bundar kecil menggelepar di dekat kepalanya Wangsagemet buru-buru membabatnya dengan kecepatan gerak yang luar biasa.
“Craaang” akibatnya dua senjata tersebut berbenturan hebat. Beruntung senjata Adimas Sajodho bentuknya panjang dan lentur maka tidak merasakan getaran dari benturan tadi.
Berbeda dengan Wangsagemet yang merasakan telapak tangannya sangat sakit karena getaran dari benturan itu sebegitu hebatnya.
Baca Juga: Perjuangan Pangeran Gagak Sinangling 2: Meninggalkan Majapahit Mengembara Mengikuti Arah Mahatari Terbenam
Sementara Panembahan Sajodho yang bertempur melawan lebih dari sepuluh prajurit berkuda itu nampaknya cukup mudah menghabisi mereka satu per satu.
Melihat anak buahnya tidak berdaya menghadapi Panembahan Sajodho, maka Wangsagemet meneriakkan aba-aba agar mereka segera melarikan diri meninggalkan tempat itu.
Begitulah pasukan dibawah pimpinan Wangsagemet yang mengaku prajurit Majapahit dari Keling itu tunggang langgang melarikan diri.
Maka Panembahan Sajodho segera mengambil posisi tegak berdiri dengan kedua tangan bersilang dan kedua telapaknya menangkup tegak di dada.
Baca Juga: Perjuangan Pangeran Gagak Sinangling 3: Diikat Prajurit Majapahit dengan Rantai Besi Ditidurkan di Atas Jerami
Perlahan-lahan konsentrasinya dihimpun, kekuatan batinnya disatukan. Tubuh sang Panembahan nampak bergetar lalu muncullah kabut yang menyelubungi seluruh dirinya
Nampak perlahan-lahan Adimas Sajodho bergerak mendekati Panembahan Sajodho, pelan-pelan menyatu menjadi satu.
Akhirnya ketika kabut putih tadi perlahan-lahan menghilang maka nampaklah wujud Panembahan Sajodho seorang diri.
Inilah hal yang sangat mengagumkan bagi Pangeran Gagak Sinangling. Dua sosok tubuh yang persis sama dengan kemampuan yang sama-sama luar biasa, hebat.
Mempelajari ajian seperti ini tentu tidak mudah. Bahkan Kakang Uddara sendiri yang pernah lama berguru di sini belum ber hasil menguasainya.
“Aku ingin mencoba mempelajarinya”, gumam batin Pangeran Gagak Sinangling penuh semangat.
Pengembaraan Pangeran Gagak Sinangling dengan Uddarapun akhirnya terhenti di situ sampai beberpa bulan.