Nyadran di Makam Laskar Pangeran Diponegoro 1: Acara Religius Tradisional untuk Menghormati Leluhur Desa

photo author
- Minggu, 13 Maret 2022 | 19:51 WIB
               Tombak Kyai Tunggul Wulung                 (Dok. Amat Sukandar)
Tombak Kyai Tunggul Wulung (Dok. Amat Sukandar)

harianmerapi.com - Acara nyadran digelar di makam Pangeran Dipokusumo, Pangeran Diposakti dan Raden Ajeng Roro Asih di Gunung Kuli dusun Kadiluwih desa Podosoko Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang, Ahad Legi 6 Februari 2022.

Kegiatan ini merupakan acara religius tradisional untuk menghormati leluhur dan cikal bakal desa dengan mengirim doa di makam ini diselenggarakan pada setiap minggu pertama bulan Ruwah.

Di desa tesebut dimakamkan beberapa anggota laskar Pangeran Diponegoro, seperti Pangeran Dipokusumo, Pangeran Diposakti dan Raden Ajeng Roro Asih.

Baca Juga: Empat Cara Menggapai Hayatan Thayyibah, Salah Satunya Kehidupan yang Dilandasi Aqidah Tauhid yang Kuat

Dalam silsilah yang terpampang di dinding cungkup makam dituliskan, ketiga bangsawan berasal dari Kerajaan Pajang.

Mereka adalah cucu Ki Ageng Benowo atau Adipati Cokrokusumo di Kartosuro. Mereka bertiga anak dari Pangeran Benowo II, Adipati Pengging.

Pangeran-pangeran ini perajurit laskar P. Diponegoro ketika melawan penjajah Belanda.

Dalam kiprah perjuangannya agar lebih leluasa bergerak dalam memimpin laskar prajurit P. Diponegoro, P. Dipokusumo menyamar dengan nama Pangeran Alit dan P. Diposakti atau Kolosekti nama samarannya Pangeran Jaran Borangrang.

Baca Juga: 7 Falsafah KH Ahmad Dahlan, Sebagai Penyemangat dalam Memahami dan Mengamalkan Ajaran Islam

Ketika Pangeran Diponegoro ditangkap dengan tipu muslihat oleh Letnan Jendral Hendrik Merkus de Kock pada tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Pangeran Dipokusumo dan Pangeran Diposakti tidak kembali ke kerajaan.

Tetapi atas perintah Nyi Ageng Serang, mereka berdua terus melakukan perlawanan dengan bergerilya.

Dari Magelang Pangeran Dipokusumo dan Pangeran Diposekti bergerak ke arah timur melintas Sungai Elo kemudian menyusuri tepian Kali Soti untuk menghindari kejaran serdadu Penjajah Belanda.

Ketika mereka sampai di sebuah dusun di wilayah desa Podosoko Kecamatan Sawangan sore hari, datanglah kabut tebal yang membuat dusun ini tampak gelap sehingga pasukan serdadu Belanda yang mengejarnya kehilangan jejak mereka berdua dan selamatlah P. Dipokusumo dan P. Diposekti.

Baca Juga: Misteri Makam Keramat 1: Istri Hilang Misterius Jadi Buah Bibir Tetangga, Katanya Pergi ke Makam Keramat

Tempat ini kini bernama dusun Gelap di wilayah desa Podosoko.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X