Nyadran di Makam Laskar Pangeran Diponegoro 1: Acara Religius Tradisional untuk Menghormati Leluhur Desa

photo author
- Minggu, 13 Maret 2022 | 19:51 WIB
               Tombak Kyai Tunggul Wulung                 (Dok. Amat Sukandar)
Tombak Kyai Tunggul Wulung (Dok. Amat Sukandar)

Mereka berdua dan adiknya Raden Ajeng Roro Asih kemudian memilih menetap dan hidup bersama rakyat di dusun ini dengan mata pencaharian bertani dan menyadap nira untuk membuat gula jawa.

Mereka bermukim di sini dan hidup tenteram bersama masyarakat sampai akhir hayatnya. Dan ketika mereka wafat dimakamkan di puncak sebuah bukit yang bernama Gunung Kuli.

Sedangkan istri P. Dipokusumo, Raden Ajeng Rara Kenanga, dimakamkan di dusun Kenanga, tidak jauh dari Gunung Kuli. Masyarakat setempat menghormati mereka sebagai leluhur dan cikal bakal dusun yang telah berjuang melawan penjajah Belanda.

Pusaka peninggalan Pangeran Dipokusumo yaitu tombak Kyai Tunggul Wulung berbentuk lurus dengan pamor wos wutah berhasil ditemukan kembali setelah ‘ditayuh’ oleh H. Chabib Sudarmadi sesepuh Padepokan Makukuhan Magelang, pada tahun 2011 yang lalu.

Baca Juga: Film 'F9: The First Saga' dan 'Snake Eyes: G.I. Joe Originsu Siap Pacu Adrenalin Penontonnya

Menurut penuturannya, tombak ini ditemukan di bawah pohon pelas/rempelas, tidak jauh dari lokasi makam.

Tombak pusaka yang sudah berusia ratusan tahun itu masih tampak utuh meski besinya sedikit terkikis karat.

Kini tombak pusaka peninggalan leluhur itu disimpan dan dirawat untuk dilestarikan sebagai bukti perjuangan Pangeran Dipokusumo dalam melawan penjajah Belanda. (Ditulis: Amat Sukandar) *



Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X