Hal itu baru disadari Pak Hasan dan istrinya, ketika suatu malam dirinya dihubungi pihak kepolisian.
Betapa terkejutnya mereka mendengar kabar, Ali ditahan di kantor polisi karena terlibat dalam aksi teror cah klithih.
Masih beruntung Ali tidak mengalami cedera sama sekali. Namun kejadian itu sangat menampar muka kedua orang tuanya.
Sebagai orang terpandang, Pak Hasan merasa malu harus berurusan dengan pihak yang berwajib gara-gara ulah anaknya.
Sebagai orang yang terbiasa menerima tekanan berat dalam urusan pekerjaan, Pak Hasan berusaha tetap tenang menghadapi ujian.
Dia menilai bahwa semua belum terlambat. Baginya bukan nama baiknya yang harus diutamakan, namun masa depan anaknyalah yang harus diselamatkan.
Ia merasa bahwa kebutuhan materinya sudah lebih dari cukup sehingga tak perlu ngoyo untuk mengejarnya.
Pak Hasan dan istrinya bertekad untuk membayar kekhilafannya selama ini dengan memberikan waktu yang lebih pada urusan keluarga, terutama dengan sang anak. *