harianmerapi.com - Sebutan cah klitih cukup akrab di telinga masyarakat Jogja. Gerombolan anak-anak yang suka bikin ulah ini, memang cukup meresahkan.
Kebanyakan mereka adalah anak-anak remaja yang kurang perhatian dari orangtua, sehingga perilakunya tidak terkontrol.
Adalah keluarga Hasan (bukan nama sebenarnya) termasuk keluarga terpandang di lingkungannya. Maklum, secara ekonomi mereka lebih menonjol dibanding tetangga kiri kanannya.
Baca Juga: Enam Upaya Menjaga Keutuhan Keluarga, Salah Satunya Belajar Memahami Pasangan
Segalanya sudah tercukup sehingga tidak ada kekurangannya sama sekali. Pak Hasan memang seorang pekerja ulet.
Ia memimpin sebuah perusahaan yang membutuhkan kinerja all out agar tidak kalah dalam persaingan. Namun konsekuensinya, ia jadi jarang berada di rumah.
Begitu pun dengan Bu Hasan, yang merupakan wanita karir. Alhasil, mereka jarang bertemu secara tatap muka di rumah, termasuk dengan sang anak, Ali, yang masih duduk di sekolah menengah pertama.
Mereka merasa sudah cukup berkomunikasi melalui HP. Sementara kasih sayang terhadap Ali diwujudkan dengan pemberian fasilitas tak terbatas.
Apapun keinginan Ali, terutama yang terkait dengan urusan materi, dalam sekejap pasti akan dipenuhi.
Termasuk sepeda motor, yang mana seharusnya anak setingkat SMP belum boleh mengendarai sendiri.
Mereka lupa bahwa kebutuhan anak bukan cuma urusan materi belaka. Kedekatan dalam berinteraksi secara langsung dengan orangtua sesungguhnya jauh lebih penting.
Terutama kaitannya dengan tugas orang tua dalam mendidik anaknya, agar tidak tersesat di jalan yang salah.
Firman Allah SWT yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai (perintah) Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS. At-Tahrim : 6]