hariamerapi.com - Dalam pembicaraan dua prajurit sepuh itu, Kyai Talijiwa menjelaskan bahwa dirinya hanyalah seorang pemomong Gusti Pangeran Prang Wedana.
Dia adalah anak dari Pangeran Puger yang akhirnya naik tahta atas dukungan Kompeni di Semarang dengan gelar Kanjeng Susuhunan Pakubuwana I.
Panembahan Trunajati hanya menangguk-angguk, “Hmmmm, begitu. Jadi kakang adalah orang dekat di keluarga Kanjeng Susuhunan Pakubawana I semasa masih Pangeran Puger?”
“Ya, begitulah. Namun aku seorang yang sangat dikecewakan olehnya juga. Sebab momonganku itu akhirnya dibunuh sendiri oleh ayahnya karena hasutan Kompeni yakni dituduh akan makar. Padahal tuduhan itu fitnah belaka”.
Baca Juga: Sunan Amangkurat Mas 1: Minta Bantuan Prajurit Pasuruan, Gagal Merebut Kembali Kartasura
“Lain dengan diriku, Adi Talijiwa. Aku adalah seorang prajurit di masa Kanjeng Sunan Amangkurat Amral ramanda Kanjeng Sunan Amangkurat Mas.'
"Waktu itu aku seorang lurah prajurit bersama adikku. Namun karena yang bertakhta di Kartasura kemudian Kanjeng Sunan Amangkurat Mas maka aku dan adikkku dengan alasan sakit meninggalkan barak keprajuritan."
"Akhirnya sesudah bertahun-tahun mengelana sambil mengembangkan ilmu kami memutuskan untuk menetap di lembah Nyawalunga dan mendirikan Padepokan Watu Penyu”.
“Tetapi kemudian terlibat lagi dalam pertempuran kali ini?”, kata Kyai Talijiwa tertawa.
Baca Juga: Sunan Amangkurat Mas 2: Melarikan Diri ke Madiun, Surapati Diincar Gubernur Jendral untuk Ditumpas
“Itulah kebodohanku”, jawab Panembahan Trunajati ikut tertawa.
Suasana hening sejenak, senja telah semakin dekat menjemput malam. Suara belalang, bajangkerek, dan binatang malam kecil lainnya mulai terdengar mengharu biru agar kesunyian tak mencengkeram malam.
Sebab rembulan bulat dini hari nanti akan muncul merajai cakrawala menemani kedua orang tua tadi berbicara sesuatu yang amat penting.
Angin malam bertiup dingin mengusap dedaunan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar pesanggrahan. Kyai Talijiwa mengelus jenggotnya yang putih pandangan matanya tajam menatap wajah Panembahan Trunajati yang duduk di depannya.
Baca Juga: Sunan Amangkurat Mas 3: Tumenggung Wiranegara Jamin Prajurit Pakubuwana Tak Berani Masuk Pasuruan