“Panembahan, hati-hatilah! Agaknya Belanda itu akan berbuat kecurangan”, bisik Sarpin salah satu prajurit dari Padepokan Watu Penyu kepada Panembahan Trunajati gurunya.
“Ya, aku akan hati-hati. Tolong kamu ikut mengawasinya!”, jawab Panembahan Trunajati. Sekilas dia melihat tingkah laku Hermon Doorlop yang menyusup-nyusup diantara para prajurit.
Sambil memimpin pasukannya Panembahan Trunajati membaca mantra dan doa-doa memohon keselamatan kepada Allah yang Maha melindungi umatnya.
Baca Juga: Sunan Amangkurat Mas 4: Perang Besar Pecah, Dada Surapati Diterjang Sebutir Peluru Kencana
Benar. Sesaat kemudian senjata Hermon Doorlop menyalak. Sebutir peluru kencana tepat mengenai jidat Panembahan Trunajati, peluru itu jatuh ke tanah dan gepeng tidak mampu melukai jidat Panembahan yang kebal ini.
“Uuuukh...?” terdengar keluhan Panembahan Trunajati. Kiranya peluru kencana itu tak mampu menembus jidat sang Panembahan. Namun beliau merasakan sakit yang tiada taranya di dalam kepalanya.
“Sarpin, pimpinlah pasukan Kartasura dan kawan-kawanmu itu, agaknya kini pengapesanku sudah tiba”, kata Panembahan Trunajati terbata-bata lalu jatuh terguling di tanah. (Ditulis: Akhiyadi) *