harianmerapi.com - Kadang sejarah berulang. Kejadian yang dulu terjadi kini berulang lagi. Sama halnya dengan Pak Dipo yang jadi korban fitnah, kini dialami pula oleh Tantro.
Sebagai anak yatim Tantro sudah terbiasa untuk hidup mandiri, sehingga tak ada kesulitan berarti yang dialaminya sepeninggal ayah angkatnya, Pak Kasan.
Yang agak berbeda justru lingkungannya. Tanpa kehadiran Pak Kasan yang seorang pensiunan militer dan sangat disegani masyarakat, rupanya sangat berpengarh bagi Tantro.
Kini ia seolah dipandang sebelah mata oleh teman-temannya. Lain dengan saat masih berstatus anak angkat Pak Kasan, yang membuat Tantro ikut disegani orang-orang di sekitarnya.
Teman-teman di sekolahnya pun ada pula yang jadi bersikap agak lain. Memang ada yang kemudian tambah simpati dengan nasib yang dialami Tantro, namun bagi yang sejak awal menyimpan rasa tidak suka sekarang jadi girang.
Gono, salah satu teman Tantro sejak semula memang menyimpan rasa iri pada Tantro. Sebagai orang terpandang karena dari keluarga berada, Gono dikenal tak mau dikalahkan orang lain.
Ia harus lebih dari orang lain, meski untuk mencapai hal itu kadang harus menggunakan cara-cara licik.
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 2: Rajin Salat dan Belajar karena Ingin Menjadi Orang Kaya
Soal kekayaan memang sudah tidak ada yang mengalahkannya, namun untuk hal lain tak berkaitan denga materi Gono sering kalah dibanding yang lain.
Seperti soal prestasi di kelas, Gono sering kalah dengan Tantro. Hal inilah yang membuat Gono sangat membenci Tantro.
Namun saat masih ada Pak Kasan, rasa benci itu hanya bisa dipendam dalam hati. Nah, sekarang Gono merasa sangat bebas untuk berbuat apapun terhadap Tantro.
Terlebih setelah tahu Tantro sekarang kembali jadi orang miskin yang hanya hidup bersama ibunya di sebuah gubuk kecil.
Ada saja ulah Gono untuk melecehkan Tantro di depan teman-temannya di sekolah. Hal itu dilakukannya secara terang-terangan.