harianmerapi.com - Kami sekeluarga pun masuk ke dalam warung makan di tepi jalan KM 15 Alas Roban itu. Penjualnya menyambut kami dengan ramah dan logat khas Pekalongan.
Kami memesan makanan dan minuman. Iseng-iseng saya bertanya, "Kok jam segini masih buka pak? Bapak jualan sendirian?"
Penjualnya menjawab, "Iya mas, ini sudah mau tutup kok, saya jualan sama istri saya. Itu istri saya, mas."
Baca Juga: Amalan-amalan Pembuka Pintu Rezeki, Salah Satunya Menjalin Silaturahim
Saya dan bapak kaget, sejak kapan ada orang yang berdiri di samping pintu masuk warung makan. Padahal tadi kami masuk lewat arah yang sama.
Setelah kenyang, kami bergegas kembali ke mobil, saat mau masuk mobil, kaki saya terbentur lagi pasak penanda KM 15 tadi.
Mobil kami pun mulai melaju ditemani hujan rintik-rintik yang terus mengguyur area Alas Roban.
Singkat cerita, kami sudah menyelesaikan liburan kami di Jakarta. Karena tidak ingin mengalami kejadian seperti kemarin, bapak memutuskan untuk berangkat dari Jakarta pagi hari, sehingga ketika memasuki Alas Roban, hari masih siang.
Baca Juga: Cerita Hidayah Berkah Orang Pandai Mensyukuri Nikmat Akhirnya Mampu Melaksanakan Impiannya Naik Haji
Kami memasuki area Alas Roban sekitar jam 1 siang. Saya penasaran dengan warung makan pecel lele yang kami singgahi tempo lalu, namun sayang warung makan itu buka menjelang malam hari.
Tiba-tiba adik saya ingin buang air kecil. Bapak kemudian menepikan mobil di tikungan jalan yang agak luas dan menyuruh adik untuk buang air kecil mepet dengan mobil.
Sambil istirahat sejenak sekaligus menikmati pemandangan Alas Roban di siang hari, secara tidak sengaja saya melihat pasak kilometer bertuliskan KM 15.
Saya kaget luar biasa. Itu pasak yang membentur kaki saya tempo hari dan posisinya persis di tepi jurang.
Baca Juga: Lima Aspek dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
Dan seingat saya, posisi warung itu kira-kira 3 meter di belakang pasak tadi. Namun di belakang pasak itu terdapat jurang yang sangat dalam dan tidak ada bangunan warung makan.