harianmerapi.com - Kabar tentang pesta minuman keras oplosan yang merenggut nyawa beberapa teman Diran dan yang lainnya harus dirawat di rumah sakit, dengan cepat menyebar luas.
Hampir semua media massa memberitakannya, sehingga menjadi pembicaraan di mana-mana. Termasuk di kampung tempat tinggal Diran.
Selama ini tetangga memang sudah tahu kelakuan dan pergaulan Diran, sehingga mereka tidak merasa heran.
Baca Juga: Cassandra Angelie Terlibat Prostitusi, Pengguna Jasa Layanan Seks Tak Tersentuh Hukum
Mereka justru heran, bagaimana mungkin Diran tidak menjadi salah satu korban. Paling tidak dirawat di rumah sakit.
Sejak menyebarnya kasus itu, Diran memang jarang keluar rumah, tapi tetangga tahu ia dalam kondisi sehat-sehat saja.
"Hebat Diran badannya kuat. Kenapa tidak ikut jadi korban saja, sekalian mati lebih baik," kata seorang tetangga.
"Husss, jangan suka mendoakan yang jelek-jelek. Siapa tahu, kejadian ini bakal membuat dia tobat. Orang tuanya juga sadar untuk mengarahkan anaknya ke jalan yang benar," kata tetangga lainnya.
Baca Juga: Marah Sumber Keburukan Seseorang, Berikut Ini Enam Langkah Praktis untuk Manajemen Kemarahan Diri
"Ah, mana mungkin..."
Tetangga banyak bergunjing, namun yang terjadi hanya Diran sendiri yang bisa merasakan.
Ternyata rasa sakit luar biasa juga mendera Diran. Pusing-pusing, mual dan sulit tidur. Namun semua itu coba ditahan Diran.
Ia menyadari jika harus dirawat di rumah sakit, pasti orang tuanya tidak akan sudi mengurus. Baya dari mana nanti.
Baca Juga: Ini Syarat Dapatkan Antigen Rp 35 Ribu di Stasiun, Bila Hasil Tes Positif Biaya Tiket Dikembalikan
Padahal Diran sebenarnya merasa tidak kuat lagi. Ia benar-benar takut, terlebih lagi takut mati.
Siksa kubur sudah membayang di depan matanya, karena Diran menyadari selama ini punya kelakuan buruk. Jika mati sekarang, maka tidak ada bekal yang akan dibawanya.