harianmerapi.com - Memasuki masa remaja merupakan masa mencari identitas. Namun jika tidak hati-hati bisa salah pergaulan.
Begitu pula dengan Diran, yang tengah menempuh sekolah tingkat SMA. Kondisi lingkungan rumah dan sekolah, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk karakter Diran.
Ia mencoba memberontak dengan kondisi yang berada di depan matanya. Ayah dan ibunya yang selalu cekcok karena dipicu kondisi ekonomi, membuat Diran tidak pernah merasa kerasan berada di rumah.
Ia merasa ayahnya tak pantas dijadikan teladan, sementara terhadap ibu sebenarnya kasihan karena harus mengurus anak yang begitu banyak sehingga perhatian terhadap dirinya juga kurang.
Alhasil, Diran lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah tidak takut lagi menjadi sasaran bully teman-temannya sebagaimana dialami ketika masih kecil.
Diran justru berbalik setiap ada kesempatan membully temannya yang dianggapnya lebih lemah.
Untuk memperkuat posisinya dalam pergaulan di antara teman-temannya, maka Diran selalu memilih teman yang nakal dan suka ugal-ugalan.
Baca Juga: Orang Soleh Urung Berbuat Jahat Setelah Diperingatkan Oleh 'Sang Pamomong'
Dengan membaur bersama mereka, Diran merasa lebih berani dan seolah bisa berkuasa pada pihak lain.
Lingkungan teman-temannya di sekolah memungkinkan Diran semakin terjerumus dalam kenakalan remaja, karena sekolahnya memang dikenal tempat berkumpulnya anak-anak nakal.
Setiap hari ada saja ulah yang mereka lakukan, baik di lingkungan sekolah maupun di luar.
Diran dan kawan-kawannya selalu nongkrong-nongkrong setiap ada kesempatan. Kadang hanya ngobrol biasa sambil minum-minum, namun kadang merencanakan kegiatan yang nyrempet-nyrempet bahaya.
Baca Juga: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Seorang Perempuan di Mata Islam
"Ran, kamu berani nggak nyobain minum oplosan," kata Toni.