Pono menanggapi sikap perempuan yang kini telah menjadi istrinya itu dengan tenang, karena dinilai sebagai wujud malu-malu kucing seorang pengantin baru.
Ketika tamu-tamu sudah menghilang satu per satu dan rumah mulai sepi, dada Inem berdegub semakin kencang. Apalagi hari berlalu dengan cepat, hingga malam mulai merayap naik. Kamar pengantin yang dihias dengan apik pun, bagi Inem terlihat seperti neraka yang siap menghukum dirinya. (Bersambung) *