harianmerapi.com - Setelah pesantren Syekh Quro berdiri di Karawang, Ki Gedeng Tapa menitipkan anaknya Kubang Kencana Ningrum untuk belajar agama Islam beserta para pengawalnya. Karena kedekatan hubungan dengan ayahnya ia pun memberinya gelar Subang Larang (Pahlawan Berkuda).
Maka sejak saat itu menggunakan nama Subang Larang. Subang Larang tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar dan solehah.
Ajaran agama Islam kian berkembang di Karawang. Pada saat itu masyarakat yang beragama Islam disebut kaum langgaran. Istilah tersebut dimaknai sebagai kelompok masyarakat yang melanggar adat istiadat leluhur, serta tempat berkumpul mereka dinamai langgar.
Baca Juga: Misteri Suara 'Tulung...Tulung....' di Ujung Kampung
Oleh karena itu, istilah kaum langgaran melekat pada mereka. Bahkan sampai saat ini warga pada umumnya menyebut musala dengan istilah langgar.
Lambat laun pesantren Syekh Quro memiliki banyak murid hingga mencuri perhatian Pamanah Rasa yang kemudian dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi merupakan anak dari Prabu Anggalarang dari Kerajaan Galuh.
Kerajaan Galuh berpusat di Ciamis dan masih berkerabat dengan Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran (Bogor). Dua kerajaan besar ini yang menguasai Jawa Barat pada saat itu.
Baca Juga: Pernikahan yang Tak Direstui 1: Istri Menggugat Cerai karena Alasan Ekonomi
“Aku perintahkan Kau untuk mengusir Syekh Quro secepatnya.”
“Baik Ayahanda, akan hamba laksanakan.”
Setelah sesampainya di pesantren, Prabu Siliwangi mulai mengerahkan prajurit untuk mencari tahu keberadaan Syekh Quro. Ketika sedang mencari Syekh Quro tiba-tiba saja langkahnya terhenti. Ia mendengar suara seorang perempuan sedang mengaji.
Suaranya begitu menenangkan jiwa hingga akhirnya membuat hatinya tergetar hingga ia lupa tujuan utamanya datang ke pesantran. Padahal, sang pangeran diutus ke Karawang untuk mengusir Syekh Quro tetapi ia justru jatuh hati pada Nyai Subang Larang.
Baca Juga: Misteri Rumah Kuna yang Ternyata Dihuni Bangsa Lelembut
Pada waktu itu masuknya ajaran agama Islam begitu ditentang oleh penguasa Pakuan Pajajaran yaitu Prabu Anggalarang, ayah Parabu Siliwangi. Beberapa utusan sudah diperintahkan untuk mengusir Syekh Quro, tapi tak ada yang berhasil mengusirnya. Setelah bertemu dengan Syekh Quro mereka justru masuk Islam.
Syekh Quro merupakan ulama penghapal Al-Quran yang begitu disegani. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang ramah dan karismatik. Karena itulah, para utusan Prabu Anggalarang tidak berhasil mengusirnya tetapi justru memeluk Islam.
Salah satu utusannya ialah Ki Gedeng Tapa bahkan ia justru menjadi sahabat Syekh Quro.Tak lama kemudian sekitar tahun 1420-an Ki Gedeng Tapa menyelenggarakan sayembara tarung satria. Dari sanalah awal kisah percintaan dimulai.