harianmemrapi.com - Ternyata tidak mudah membina sebuah rumah tangga. Apalagi jika diawali dengan keterpaksaan, seperti halnya saat Joki menikahi Tifa.
Semula sudah ada kesepakatan, setelah menikah Joki harus terus melanjutkan kuliahnya sampai selesai. Sementara untuk biaya hidup bisa dicukupi oleh Tifa yang memang sudah bekerja.
Namun perubahan drastis pola kehidupan yang harus dialami Joki turut pula membawa pengaruh terhadap jalan hidupnya.
Baca Juga: Misteri Alunan Biola di Rumah Tua yang Bikin Merinding
Kebiasaan hidup bebas bergaul dengan siapa saja, kini tidak bisa lagi dilakukan. Tanggung jawab sebagai seorang suami juga harus dipenuhi.
Bahkan seolah Joki hanya sebagai 'pembantu' saja, seperti mengantar istri ke pasar, ke rumah sakit untuk periksa kesehatan, tidak boleh pula pulang sampai malam hari dan membantu menyelesikan pekerjaan di rumah.
Kondisi ini membuat Joki harus bisa menyesuaikan diri. Dan kenyataannya, hal itu tak mudah untuk dilakukan, sehingga kewajibannya sebagai mahasiswa semakin tercecer.
Baca Juga: Raden Mas Sandeyo Kiai Mlangi 9: Pilih Meninggalkan Kerajaan untuk Melanjutkan Berdakwah
Jadwal kuliah tak bisa sinkron dengan kewajiban pribadi yang harus dilakukan.
Sampai pada akhirnya Joki dituntut untuk menentukan pilihan, melanjutkan kuliah namun rumah tangganya berantakan, atau berhenti kuliah demi bisa fokus menjalankan peran sebagai seorang suami.
Jika pilihan pertama yang ditempuh, masih ada risiko akan gagal kedua-duanya lantaran otak Joki sepertinya sudah tidak bisa fokus menuntut ilmu di kampus.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 49: Bersedekah Tak Mengurangi Hartamu
Karena itu, atas persetujuan dengan istrinya, Joki pun memutuskan untuk memilih yang kedua.
"Papa berhenti kuliah saja. Papa mau bekerja mencari nafkah, karena kebutuhan makin banyak. Entah apa pekerjaannya nanti, yang penting Papa dapat penghasilan," kata Joki pada istrinya.
Tifa pun hanya bisa menurut keputusan suaminya, karena langkah itu dianggap paling baik sebagai pemecah masalah rumah tangga mereka. (Bersambung) *