harianmerapi.comm - Gaya hidup yang dijalani Joki sebagai Petualang Cinta bukan saja merugikan waktunya yang habis untuk bersenang-senang, namun juga membawa kerugian secara finansial.
Butuh biaya banyak untuk berbagai kebutuhan di luar keperluan kuliahnya, seperti minyak wangi, pakaian yang bagus-bagus, biaya untuk foya-foya ngajak nonton atau makan-makan para teman perempuannya.
Padahal orang tuanya berasa dari kalangan orang biasa, sehingga secara ekonomi bisa dikatakan pas-pasan. Mereka harus menyisihkan beberapa kebutuhan mendesak lainnya, hanya demi membiayai kuliah Joki.
Baca Juga: Lepas dari Cengkeraman Gendruwo, Jatuh ke Pelukan Eyang Dukun
Orang tua Joki merasa bangga anaknya bisa menjadi seorang mahasiswa. Namun karena ketidaktahuan, membuat mereka kurang perhatian atas hasil mata kuliahnya.
Yang mereka tahu, Joki sedang kuliah di sebuah PTN sehingga diharapkan masa depannya bisa lebih baik sekaligus mampu mengangkat derajat orang tua.
Karena itu, berapa pun uang yang diminta Joki, pasti selalu diupayakan untuk bisa dipenuhi.
Baca Juga: Raden Mas Sandeyo Kiai Mlangi 8: Sang Putra Telah Tumbuh Jadi Pemuda yang Arif Bijaksana
Ada-ada saja alasan yang dibuat Joki, sampai-sampai ia tega bohong padai kedua orang tua. Asal ngomong untuk kebutuhan kuliah, orangtuanya pasti akan memberi meski sebenarnya harus pontang-panting.
"Mak, hari ini Joki harus bayar uang untuk praktikum," kata Joki.
"Lho, baru tiga hari lalu katanya bayar praktikum, sekarang kok harus bayar lagi," kata sang ibu.
"Ini beda mata kuliah, Mak. Kalau ngga bayar Joki tidak boleh ikut ujian nanti."
Terpaksa uang yang seharusnya untuk modal jualan harus diberikan pada Joki. Padahal, setelah di tangan Joki, uang tersebut hanya dihambur-hamburkan saja dan tak sampai sehari sudah habis.
"Adik manis, malam ini kita makan-makan di restoran yuk. Pusing kepala mikirin kuliah terus," rayu Joki pada seorang mahasiswi kenalannya yang baru. (Bersambung) *