hidayah

Menutup Mata dengan Penyesalan 13: Bahagia Hanya di Awal

Senin, 16 Agustus 2021 | 08:38 WIB
Pertengkaran Karman dengan Sita mulai sering terjadi. (Ilustrasi Sibhe)

KEHIDUPAN Karman bersama Sita dalam membangun keluarga baru pada awalnya berjalan mulus. Resmi cerai dengan Lastri, membuat Karman bisa lebih fokus untuk membina rumahtangganya dengan Sita.

Sekalipun masih dengan status nikah siri dan tinggal di rumah kecil kontrakan, keduanya terlihat bahagia menjalaninya. Terlebih lagi setelah kelahiran putri mereka, yang kian melengkapi susana rumah.

Usaha Karman juga maju dengan pesat, yang berimbas pula dengan kondisi perekenomian keluarga. Apapun keinginan Sita bisa dipenuhi oleh Karman, kecuali rumah dan mobil yang masih dalam angan-angan. Setidaknya di mata tetangga, keluarga baru ini terlihat berkecukupan, bahagia dan rukun.

Baca Juga: Mari Nonton Film Anak Bangsa di Hari Kemerdekaan

Dalam bersosialisasi dengan tatangga pun tidak ada masalah. Karman aktif dalam kegiatan kampung, Sita rajin ikut perkumpulan PKK, serta keduanya juga tak pernah absen mengikuti aktivitas di masjid. Begitu pun setiap Idul Qurban, nama keluarga Karman selalu tercantum sebagai salah satu shohibul qurban.

Tak pelak, tetangga kiri kanan pun cukup menghormati keluarga Karman, karena mampu bersosialisasi secara baik dengan lingkungannya.

Tapi keharmonisan itu mulai terusik di tahun keempat usia pernikahan mereka. Kondisi di dalam ternyata tak seperti tampak di luar, yang mana kelihatannya Karman mampu mencukupi kebutuhan keluarga dan istrinya.

Baca Juga: Diganggu Makhluk Setengah Badan dan Ditiup Kakek-kakek

Kemauan Sita yang berlebihan membuat Karman kewalahan, lantaran tak berimbangnya pemasukan hasil usahanya dengan nilai uang yang harus dikeluarkan. Percekcokan pun mulai muncul, meski hanya diawali dengan masalah sepele.

"Ma, kenapa hari ini tidak masak?"
"Tidak ada uang untuk belanja."
"Lho, bukannya kemarin sudah diberi lebih dari cukup."
"Kalau nggak percaya, Papa sendiri saja yang belanja."

Pertengkaran kecil seperti ini berulang dan berulang, mulai dari sesekali dan berkembang menjadi lebih sering. Sita rupanya belum dewasa sekali untuk menjalani kehidupan berumahtangga. Dia belum siap menerima kenyataan, bahwa sekarang dirinya harus menyesuaikan dengan karakter asli yang ada pada diri Karman.

Baca Juga: Noui Menemui Kedamaian di Tengah Ketidakpastian Lewat 'Hometonone'

Terlebih lagi bayangan sosok Karman yang dahulu serba berlebihan dan penuh perhatian, sekarang luntur sedikit demi sedikit. Indahnya masa-masa pacaran pun mulai menguap, seiring dengan berlalunya waktu.

Di saat seperti ini, Sita juga mulai berani bermain api. Dia sering bersikap genit jika berhadapan dengan laki-laki dengan penampilan perlente. Sementara Karman tak menyadari, bahwa rumah tangganya kini bak api dalam sekam, yang terlihat adem ayem dari luar tapi amat sangat panas nan membara di dalam. (Bersambung)

 

Tags

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB