LANGKAH Lastri melaporkan Karman soal pernikahan sirinya dengan Sita ternyata berdampak sangat besar. Karman dipecat dari kantornya karena aturannya memang seperti itu. Setiap pegawai yang melakukan poligami tanpa seizin istrinya, harus menerima konsekuensi langsung dipecat.
Karman sebenarnya juga sudah tahu risiko yang akan dihadapi. Namun dirinya tak bisa mengelak mendapat desakan dari Sita, yang sudah terlanjur hamil duluan.
Kini karir yang sudah dibinanya selama bertahun-tahun harus musnah dalam sekejap. Dalam situasi seperti ini, maka terlihat siapa teman yang sesungguhnya di kantor. Ketika masih menduduki jabatannya yang strategis, banyak teman-teman Karman yang selalu siap di sekelilingnya.
Baca Juga: Nikahi Mantan Istri Sahabat, Alvin Faiz Tegaskan Tak Main Tikung
Bahkan karyawan yang sesungguhnya tak bersinggungan langsung dalam urusan pekerjaan, juga banyak yang mendekat. Begitu ada SK tentang pemecatan dirinya, maka semua teman-teman Karman menghilang. Hanya ada satu dua temannya yang tetap meberi penghiburan dan dorongan semangat.
"Seorang teman tidak bisa disebut sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan; 1) Pada saat kamu membutuhkannya, 2) Bagaimana sikap yang ia tunjukkan di belakangmu, dan 3) Bagaimana sikapnya setelah kematianmu. – Ali bin Abi Thalib"
Ada rasa kecewa melihat sikap sebagian besar temannya ketika itu. Namun tak ada yang bisa dilakukan Karman, karena dirinya memang sudah tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Tidak ada jalan bagi Karman, untuk segera mencari pekerjaan di tempat lain.
Baca Juga: Kluwih Sumber Serat untuk Atasi Sembelit, Maag dan Susah BAB
Namun dari sekian puluh tempat yang dituju dan puluhan surat lamaran yang dikirimkan via pos, tak ada satu pun yang memberi jawaban menggembirakan.
"Maaf, tidak ada lowongan." Begitulah jawaban yang berkali-kali ia dapat, hingga akhirnya sempat timbul rasa putus asa. Padahal perut Sita semakin membesar dan HPL sudah semakin dekat.
"Sementara belum dapat pekerjaan, sebaiknya Mas Karman mencari usaha apa saja," kata Sita merajuk.
Terdesak oleh kebutuhan yang harus segera dipenuhi, Karman pun menemui salah satu bekas teman sekantornya, Susanto (bukan nama sebenarnya) yang masih sering memberinya dorongan moral. Lewat Susanto, Karman diberi arahan untuk menjadi sales salah satu produk.
Baca Juga: Asyiknya Mengamati Burung, Wisata Alternatif di Masa Pandemi
Beralih dari kerja kantoran menjadi pekerja lapangan yang harus mencari konsumen dari rumah ke rumah, bukanlah keputusan yang mudah. Semula ada rasa malu yang menghinggapi, sehingga Karman kurang leluasa dalam bergerak. Namun semua itu harus dilakukan dan harus pula membawa hasil.
Berkat bantuan Susanto pula, jerih payah Karman mulai terlihat hasilnya. Memang tak sebesar gajinya saat masih kerja di kantoran, namun setidaknya Karman sudah bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka juga bisa pindah ke dari kamar kos yang kecil ke sebuah paviliun. *