DENGAN pikiran kusut, Karman meninggalkan rumah kos Sita. Waktu sudah larut malam, sehingga ia tidak berani pulang ke rumah. Mobilnya dijalankannya tanpa arah, hingga akhirnya berhenti di sebuah kafe yang masih buka.
Tidak ada keinginan Karman saat itu kecuali melupakan masalah yang tengah ia hadapi. Ia hanya ingin lari dari kenyataan pahit yang kini tengah membelit.
Dipesannya minuman berbotol-botol dan langsung diteguknya tanpa ukuran hingga Karman mabuk berat. Ia tak menyadari kalau di tempat umum tersebut dirinya berceloteh tanpa menentu. Namun orang-orang yang berada di sekitar tersebut juga tidak mengacuhkannya.
Baca Juga: Ikan Kembung, Lauk Bagus untuk Jaga Imunitas Tubuh
Padahal apa yang dilakukan Karman sungguh telah mempermalukan dirinya sendiri, karena mengumbar aibnya sendiri di depan umum dan berkelakuan seperti orang tidak waras.
Mencoba melupakan masalah dengan mabuk-mabukan, bukannya akan menyelesaikan masalah tapi justru rawan menimbulkan masalah baru.
"Barangsiapa minum khamar dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi, dan jika meninggal ia masuk neraka. (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan jika kembali lagi minum dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi, jika meninggal ia masuk neraka, (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Dan jika kembali lagi minum dan mabuk, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi, jika meninggal ia masuk neraka, (tetapi) manakala ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Dan jika (masih) kembali lagi (minum khamar) maka adalah hak Allah memberinya minum dari radghatul khabal pada hari kiamat. Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah radghatul khabal itu? beliau menjawab: "cairan kotor (yang keluar dari tubuh) penghuni neraka" (HR Ibnu Majah, 3377, shahihul Jami’ 6313).
Baca Juga: Pria Jomblo Dikerjain Makhluk Cantik
Usai berulah, Karman sempat tertidur sejenak. Tak berapa lama, antara setengah sadar, Karman sayup-sayup mendengar kumandang suara adzan. Digeleng-gelengkannya kepalanya agar bisa terjaga. Dilihat ruangan kafe sudah sepi, sementara ia juga sudah berada di teras.
Rupanya saat tertidur ia dipindah ke luar lantaran kafe sudah tutup. Meski belum sadar sepenuhnya, Karman berjalan gonta masuk ke mobilnya.
Masih belum ada keinginan untuk pulang ke rumah, Karman pun mengarahkan mobilnya menuju ke rumah orang tuanya. Sangat beruntung Karman, karena meski menyetir mobil dengan setengah mabuk, akhirnya sampai juga ia di rumah Pak Gondo.
Baca Juga: Lintang Johar 1: Kehadiran Sutawijaya Mengobati Kehampaan Sultan Hadiwijaya
Begitu masuk ke halaman, terlintas di benak Karman kenangan saat pertama kali dirinya bertemu dan bertatap pandang dengan Sita. Ada sedikit penyesalan, mengapa dulu dirinya dipertemukan dengan gadis, yang kini tengah mengandung janin buah dari hubungan gelapnya.
"Seandainya ketika itu saya tidak bertemu Sita...." kata Karman dalam hati.
Lamunan Karman buyar, manakala terdengar suara tapak orang berjalan. Rupanya Pak Gondo dan istrinya baru pulang dari olahraga pagi. Melihat kedatangan Karman seorang diri di saat pagi buta seperti ini, Pak Gondo langsung tanggap bahwa ada sesuatu telah terjadi. Sesungguhnya Pak Gondo juga sudah mencium gelagat ketidakberesan, sejak anak kesayangannya itu mempunyai hubungan dengan dengan Sita yang kala itu masih menjadi anak kosnya. (Bersambung)