"Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari kedua, terbentuklah segumpal darah beku. Ketika genap empat puluh hari ketiga, berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik yang celaka, maupun yang bahagia." (H.R Bukhari dan Muslim).
MENDENGAR ucapan Sita yang mengaku dirinya terlambat bulan, sontak pikiran Karman menjadi kalut. Dia tak pernah berpikir hal ini bakal terjadi.
Karman sudah selalu mengingatkan kekasih gelapnya itu untuk tidak lupa minum obat yang diberikan. Namun manusia hanya bisa merencanakan. Sekarang kenyataannya di luar yang diharapkan, membuat Karman menjadi panik.
"Benar kamu terlambat bulan?"
"Sudah satu bulan lebih, Mas."
"Mengapa tidak bilang dari dulu," ujar Karman agak emosi.
Baca Juga: Dikuasai Sifat Ananiyah, Tobat Baru Hadir Setelah Badan Tak Berdaya
Sementara Sita hanya bisa menangis, mendekap lututnya sendiri untuk menguatkan hatinya. Sama seperti Karman, dunia seakan gelap di mata Sita. Buyar sudah semua angan-angan indah yang pernah bersemayam di benaknya. Angan-angan lulus kuliah dan menjadi wanita karir. Baru setelah itu ingin membangun rumah tangga dengan pria yang ia cintai.
Tak pernah ia bayangkan risikonya ternyata seperti ini, saat berhubungan dengan pria terlalu bebas. Terlebih lagi Karman adalah suami orang.
Terlintas dalam pikiran Sita, untuk menggugurkan kandungannya. Ternyata hal itu sejalan dengan pikiran Karman.
"Kita cari saja orang yang bisa menggugurkan kandungan," kata Karman lirih.
Baca Juga: Penyesalan Sepanjang Hayat Setelah Mencampakkan Darah Dagingnya Sendiri
Namun Sita ragu. Masih ada rasa takut dosa pada dirinya. Belum lagi banyak cerita adanya orang yang meninggal dunia, karena memaksakan diri untuk membunuh janin dalam kandungan yang tidak dikehendaki.
"Dan tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhirat." (Al-Baqarah: 228).
"Tidak, Mas. Saya tidak mau menggugurkan calon anak kita. Saya takut," ujar Sita.
Kepala Karman pun tambah pening. Terbayang kini wajah Lastri. Istrinya yang selalu setia mengurus rumah. Selalu menyiapkan segala keperluan suami setiap akan berangkat kantor. Dan masih terjaga untuk menunggu kehadiran suami, sekalipun sampai larut malam. Ingin rasanya Karman segera berlari menemui Lastri untuk minta maaf. Tapi ia juga merasa kasihan, melihat Sita yang wajahnya sembab karena menangis sepanjang hari. (Bersambung)