Penyesalan Sepanjang Hayat Setelah Mencampakkan Darah Dagingnya Sendiri

photo author
- Minggu, 1 Agustus 2021 | 06:46 WIB
Bayi hasil hubungan terlarang itu terpaksa diserahkan pada orang lain untuk menutup aib.        (Shibe)
Bayi hasil hubungan terlarang itu terpaksa diserahkan pada orang lain untuk menutup aib. (Shibe)

PAGI itu cuaca sangat dingin hingga ke tulang. Meski demikian, Parsiyah tetap menjalankan kebiasaannya menyapu dan membersihkan sampah di halaman rumah. Hal itu dijalankannya rutin setiap hari setelah selesai salat Subuh dan membereskan beberapa pekerjaan di dalam rumah. Suasana saat itu masih sangat sepi dan seperti ada sesuatu yang aneh dirasakan Ratmi.

Tiba-tiba datang sepeda motor yang dinaiki sepasang remaja dan berhenti tepat di depan halaman rumah Ratmi.

"Maaf Bu, mau numpang tanya. Di mana ya tempat yayasan untuk penampungan anak?" tanya salah satu remaja tersebut, setelah turun dari motor sambil menggendong sesuatu.

"Ooo maksudnya Yayasan ...," jawab Parsiyah sambil menyebut sebuah yayasan yang menjadi tempat penampungan bagi anak-anak telantar dan yatim piatu.
"Ya mungkin itu."
"Ada maksud apa adik mau ke sana?"

Baca Juga: KKP Amankan 7 Nelayan Pelaku Pengeboman Ikan

Mendapat pertanyaan seperti itu, sepasang remaja tersebut tampak kaget dan mereka pun terlihat saling berbisik.

"Ini Bu, kami bermaksud mau menitipkan bayi ini ke yayasan," kata si remaja putri dengan ragu-ragu.

Ratmi pun langsung tanggap dengan situasi. Dia memang sudah sering mendengar berita, bahwa banyak anak-anak remaja yang lepas kendali dalam pergaulan sehingga hamil di luar nikah. Tak sedikit di antara mereka yang lantas menitipkan anak hasil hubungan gelap tersebut ke yayasan.

Banyak alasannya mengapa langkah seperti itu mereka ambil. Terutama adalah belum siapnya sepasang kekasih yang masih sama-sama menuntut ilmu, untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Ada juga yang beralasan malu, atau takut pada orang tuanya, sehingga berusaha menghilangkan jejak darah dagingnya sendiri.

"Lho, kenapa kok dititipkan. Ini anak adik sendiri to?" tanya Parsiyah.

Baca Juga: Gara-gara Mengabaikan Paweling Ular Weling, Anak-anak Kesurupan

"Eee...anu, Bu. Eee, iya ini anak kami, tapi ....biar lebih terawat mau kami titipkan dulu," jawab sang ibu muda terbata-bata.

Tanpa sengaja, mata Bu Parsiyah pun menatap wajah si jabang bayi, yang terlihat tengah tidur pulas. Dada Bu Parsiyah langsung bergetar. Ia merasa kasihan melihat bayi polos yang tengah dalam gendongan tersebut, karena sebentar lagi harus berpisah dengan kedua orangtuanya.

"Begini saja dik, bagaimana kalau bayi ini saya asuh saja. Saya juga punya anak agak besar jadi sudah cukup berpengalaman merawat nak kok."

Mendengar tawaran tersebut, sepasang remaja itu pun kembali berbisik-bisik. Sejenak kemudian, bapak dari si bayi yang berbicara: "Kalau ibu bersedia momong anak kami, kami tidak keberatan. Nanti kami akan kirim biaya perawatan setiap bulannya."

Baca Juga: Terkait Polemik Ucapan Selamat Hari Raya oleh Menteri Agama Kepada Umat Baha'i, Ini Penjelelasan Wamenag

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X